Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Jose Manuel Ramos Horta, Mengayuh Perahu Timor Leste Menuju ASEAN

Diperbarui: 21 Mei 2022   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD bertemu Presiden Timor Leste terpilih, Jose Ramos Horta di Timor Leste, Kamis (19/5/2022).(Kemenko Polhukam via KOMPAS.com)

Pilpres Timor Leste putaran kedua akhir April lalu usai sudah, petahana Lu Olo atau Francisco Guterres (68 tahun) tersingkir dan Jose Manuel Ramos Horta (73) sang pemenang akan dilantik sebagai Presiden Timor Leste pada 20 Mei 2022 bertepatan dengan hari jadi Timor Leste sebagai negara merdeka made in PBB dengan sponsor utama AS dan Uni Eropa.

Pilpres Timor Leste yang baru saja berlalu itu menunjukkan persaingan tak terlalu ketat, maklum yang kembaIi maju dalam kontestasi adalah seorang senior dalam tatanan leadership Timor Leste sejak akhir 1970-an ketika Indonesia mengintegrasikan Timor Timur dan mendirikan PSTT (Pemerintahan Sementara Timor Timur) pada 1976 usai deklarasi Balibo di Bobonaro pada Nopember 1975.

Yang tertua dari the old leaders itu adalah Jose Alexandre Xanana Gusmao yang kini 76 tahun, menyusul Marie Al Katiri (73), juga mantan PM, dan Ramos Horta. Dan yang tak terlupakan adalah Uskup Diosis Dili di masa Indonesia yi Carlos Filipe Ximenes Belo yang kini 74 tahun.

Meski formal Uskup diosis Dili ketika itu, tapi mengutip kata-katanya "patung Yesus koq dipolitisir di bukit Meti Aut, Dili timur!" Itu hanya berarti Belo juga satu barisan dengan Xanana Cs yi menampik integrasi Timtim kedalam NKRI.

Maun atau kakak dari semua the old leaders itu adalah Xanana. Mereka satu derap langkah dalam upaya melepaskan Timtim dari integrasi dengan NKRI, jauh sebelum Habibie merasa Timtim adalah kerikil yang harus dilepaskan dari sepatu Indonesia.

Mengapa? Sebagai seorang teknokrat sejati, ia berpendapat Timtim boros menelan keuangan negara.

Beberapa saat jelang Soeharto lengser dan krisis moneter yang meluluhlantakkan ekonomi Indonesia itu, terlalu banyak pendompleng untuk separatisme di Timtim, karena kepentingan geopolitik dan geostrategi sudah jauh berbeda dibandingkan ketika AS malah membujuk-bujuk Indonesia pada 1975 agar segera mengambil Timor Timur dan dikukuhkan PM Australia Gough Whitlam pada 1976. Desakan dunia barat kepada Indonesia ketika itu adalah untuk mengantisipasi ancaman dari utara yi China dan Russia sosialis.

Referendum akhir Agustus 1999, dengan hasil dari kl 450.000 pemilih yi 78,5 persen (344.580) warga Timor Timur memilih merdeka dan sekitar 21 persen (94.388) memilih otonomi, sedangkan 7.985 suara (1,8 persen) dinyatakan tidak sah. Ini sungguh mengenaskan karena dari pengamatan faktual pedesaan di seluruh Timtim, seharusnya pro otonomi yang menang.

Ini hanya berarti Unamet (UN Mission in East Timor) yang didominasi Australia telah bermain kayu disini, juga di Untaet (UN Transitional Administration in East Timor).

Dan yang pasti persiapannya oleh Kofi Annan di PBB sangat mepet hanya kl 4 bulan, sehingga mudah diplintir oleh negara yang sangat berkepentingan dengan Timtim lepas dari NKRI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline