Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Aktivitas Ramadan di Sekolah Dapat Menguatkan Toleransi Antarsiswa

Diperbarui: 23 Maret 2024   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi 1: Siswa yang beragama Islam sedang melaksanakan tadarusan di ruang kelas. (Dokumentasi pribadi)

Selama Ramadan sangat mungkin siswa di sekolah negeri melaksanakan aktivitas keagamaan. Demikian juga di sekolah swasta yang berlatar belakang agama Islam.

Pun tak berbeda jauh di sekolah swasta umum yang mayoritas siswa beragama Islam. Kegiatan keagamaan tersebut adalah tadarusan. Yaitu, membaca Al-Quran secara bersama-sama.

Di sekolah tempat saya mengajar, misalnya, tadarusan dilaksanakan sebelum jam pembelajaran dimulai. Waktu 30 menit untuk kegiatan tadarusan. Setiap guru yang mengajar pada jam pertama bertugas membersamai siswa tadarusan di kelas.

Siswa membawa Al-Quran, kecuali siswa putri yang sedang berhalangan. Saat tadarusan berlangsung suasana kelas memang berbeda dengan suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung. Siswa fokus ke Al-Quran dan mencermati bagian yang mereka baca.

Pembacaan Al-Quran yang dilakukan siswa mengikuti pembacaan Al-Quran yang dilakukan oleh guru. Yang, dapat didengarkan lewat pelantang yang jaringannya sampai ke setiap ruang kelas. Jadi, siswa tak membaca sesuai keinginan masing-masing. Tapi, terpandu oleh guru.

Guru memandu tadarusan dari ruang tersendiri dengan menggunakan mikrofon. Yang, seperti barusan disebutkan, jaringannya sampai ke ruang-ruang kelas. Sehingga, semua siswa di masing-masing ruang kelas dapat turut membaca.

Saat siswa yang beragama Islam tadarusan, siswa yang beragama Kristen dan Katolik mengadakan persekutuan doa (PD). Kebetulan hanya ada dua ini yang nonmuslim, yaitu Kristen dan Katolik, atau lebih tepatnya Protestan dan Katolik. Keduanya digabung dalam satu kegiatan tersebut.

Kegiatan PD dilakukan di ruang tersendiri. Siswa Kelas 7, Kelas 8, dan Kelas 9 bergabung menjadi satu. Karena jumlahnya memang tak banyak.

Ilustrasi 2: Siswa yang beragama Kristen dan Katolik melaksanakan persekutuan doa. (Dokumentasi pribadi)

Jadi, saat bel tanda kegiatan kerohanian dibunyikan, mereka keluar dari ruang kelas masing-masing, yang selanjutnya menuju ke ruang yang sudah ditentukan. Mereka membawa Alkitab seperti siswa yang beragama Islam membawa Al-Quran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline