Lihat ke Halaman Asli

Sahyul Pahmi

TERVERIFIKASI

Masih Belajar Menjadi Manusia

Pertolongan Pertama Ketika Isi Dompet Menipis

Diperbarui: 28 Januari 2020   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Tak dapat dipungkiri, bahwa dari abad ke abad permasalahan ekonomi selalu punya tempat di tengah-tengah kecemasan masyarakat setelah permasalah cinta-mencintai.

Namun karena itulah manusia terus berkembang, untuk menuntut segala eksistensinya yang ditunjangi oleh kokohnya kapasitas ekonomi. Dalam pengertian yang sangat sederhananya adalah uang.

Dan memasuki dekade milenial ini, kekurangan uang atau peliknya permasalahan ekonomi masih terus terjadi, dalam bentuknya yang besar sampai dalam bentuknya yang kecil.

Dari kekurangan akan kebutuhan yang berjuta-juta sampai kekurangan akan perlunya sekadar membeli kuota. Namun sayangnya, apakah dari beberapa generasi manusia mampu mengantisipasi atau memecahkan masalah perekonomiannya?

#eh kok jadi serius banget yahhh, padahal bukankah dunia hanyalah persementaraan yang disandiwarakan, kan? Haha.

Saya hanya ingin membagikan sebuah pengalaman kepada teman-teman dalam menyikapi isi dompet, sebab kadang dari menipisnya isi dompet banyak hal yang tidak bisa dilakukan, seperti mengajak kencan gebetan, yang padahal itu adalah langkah terakhir yang harus dilalui untuk meluluhkan hatinya.

Berawal pada suatu waktu saya berangkat kuliah, jarak kampus saya dari kos terbilang jauh, dan pada saat itu Makassar sedang dirundung hujan yang dalam perjalanan saya ke kampus, ada satu rute di tengah-tengah perjalanan yang mengharuskan saya untuk menghadapi banjir.

Helm saya basah, baju saya basah, tas saya basah, celana dalam saya basah, sepatu saya basah, semuanya basah pada saat itu kawan. Untung di sadel motor saya selalu saya bawa sandal jepit (padahal dalam program pascasarjana tidak diperkenangkan lagi memakai sandal jepit), dan saya harus mengenakan baju kaos juga, sebab baju kemeja saya telah basah kuyup.

Sesampainya saya di kampus, dan memasuki ruangan perkuliahan. Sambutan kemarahan dosen harus saya hadapi dengan lapang dada, karena mau gimana lagi, daripada saya tidak ikut kelasnya.

Dan naasnya, saya pada waktu itu juga mengalami krisis keuangan yang sangat menghimpit (mengingat spp S2 lumayan mahal), dengan berbekal pekerjaan saya sebagai web creator dan penulis. Tak akan mampu membiayai semua keperluan saya, apalagi membiayai anaknya orang untuk pigi jalan-jalan. Hehe

Saat saya istirahat, dompet yang biasanya berisi uang yang lumayan untuk membeli beberapa potong gorengan pisang dan segelas kopi hitam tak dapat kulakukan, sebab yang tersisa hanyalah 10.000 rupiah. Sekadar disimpan untuk jaga-jaga ketika saya pulang dan kehabisan bensin di jalan.

Lalu apa yang saya lakukan ketika menghadapi saat-saat mencekam seperti itu? Hehe.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline