Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Dear Guru, Jangan Belenggu Pemikiran Siswa dengan "Kata Buku..."!

Diperbarui: 2 Desember 2019   17:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi siswa sedang mencari gagasan. (Dokumentasi Pribadi)

Guru: Selamat pagi anak-anak.... Bapak mau tanya, apakah yang dimaksud dengan sistem?
Siswa 1: Sistem itu bersatu Pak, seperti Power Rangers yang mengalahkan musuhnya secara bersama-sama.
Siswa 2: Sistem itu saling berhubungan dan melengkapi Pak, contohnya seperti kelas kita. Ada Bapak, ada kami, ada papan tulis, ada gedung, serta buku-buku.
Guru: Mantap.

Rasanya semua guru di muka bumi ini akan sangat bahagia jika siswa-siswinya bisa menjawab pertanyaan dengan gaya yang berbeda serta keluar dari kata-kata buku.

Jika jawaban-jawaban di atas dibenarkan oleh guru, berarti gurunya sudah banyak berliterasi tentang apa itu sistem. Jika sebaliknya? Hmmm. Jangan-jangan kurang baca, kurang referensi dan bekalnya hanya buku tahun 1990-an! Uppss.

Mungkin inilah penyebab mengapa pelajaran di sekolah banyaklah yang terlupa daripada yang lengket di pikiran. Terang saja, kata dan kalimat di buku pelajaran tidak melulu jelas dan yang pasti sangat susah teringat dalam waktu yang lama.

Namun bukan berarti kata-kata buku semuanya tidak perlu dihafal. Teori-teori tertentu serta gagasan para tokoh sesekali perlu dihafal, tapi tentu sekalian dengan makna dan pengembangannya.

Kata Buku Membuat Siswa Kesulitan Mengembangkan Pemikirannya.

Kata-kata buku itu sulit dipahami, tapi bermakna. Agaknya begitu banyak kandungan yang positif dan menarik di dalam buku, hingganya siswa-siswi tidak hanya dituntut untuk sekadar membaca cepat dan paham, melainkan juga tentang bedah teori dan memadukan gagasan dengan isu-isu terkini.

Meski demikian, kata-kata buku yang bermakna belum tentu selalu sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan pikir siswa. Wajar kiranya jika banyak siswa yang lebih senang dengan gambar-gambar di dalam buku daripada harus membacanya.

Dan jika tak ditemukan walau hanya satu gambar, mulailah buku itu ditinggalkan. Karena? Tidak menarik lagi. Buku yang seperti ini kemudian jadi stigma. Tambah lagi, gurunya hanya menyampaikan isi buku secara teoritis dan medok dengan kata buku. Akhirnya, tertinggalkanlah buku itu dan siswa mulai ngantuk.

Stigma bahwa kata-kata buku itu sulit akan semakin bertambah jika guru juga menyampaikan atau menjelaskan materi dengan bahasa buku. Terlebih lagi jika tidak ada pengembangan dan inovasi seperti mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari maupun fakta-fakta hari ini, maka semakin terbelenggulah pikiran siswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline