Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Jabodetabek Mati Lampu, Anak-anak Jangan Bolos Sekolah!

Diperbarui: 6 Agustus 2019   02:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak tetap semangat bersekolah meski belum tersentuh listrik. Gambar dari @mudaberkarya

Disaat Jabodetabek heboh dan viral karena gelap, saya teringat dengan pengalaman beberapa tahun yang  lalu.

Adalah di SD Negeri 155 Lubuk Alai, Desa Palembang Kecil, Kecamatan Sindang Beliti Ulu, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. 12 Desember 2017 lalu, meski hanya menjadi relawan pengajar 3 hari, tetapi memberikan banyak pelajaran berharga, bahwa hidup tidak hanya tentang diri sendiri tapi tentang kita.

Terpanggil untuk ikut andil menjadi bahagian untuk berkontribusi sosial di pedalaman dusun yang tak terpetakan, belum teraliri listrik dan akses jalan yang belum bagus. Dan sempat saya bertanya dengan salah satu rekan di @muda berkarya, ternyata sampai hari ini, desa ini belum sama sekali tersentuh listrik.

Saya dan rekan @Masita Ariani, selaku dosen IAIN Curup Bengkulu mendapat bagian mengajar kelas satu. Meski hanya terdiri dari 2 siswi dan 3 siswa, tapi tidak sedikitpun menyurutkan kami untuk memberikan motivasi dan pengajaran yang terbaik untuk mereka. Materi ajar dan media belajar sudah disiapkan. Eksekusi pun dimulai dengan berbagai teknik.

Karena ini pertemuan pertama, maka setelah salam, ku tanya satu per satu "Hape name nga"? (siapa nama mu) dan "Yem mane uma nga"? (dimana rumah mu). 

Sebenarnya kami tidak bisa bahasa ibu mereka, tapi kami membuat catatan kecil seputar pertanyaan-pertanyaan umum. Eksekusi pun berlanjut. Hmmm, mengajari mereka berhitung. "Setu, due, tige, empat, lime... " Kami mengajarkan pertambahan dan pengurangan.

"Due ditambah tige berapee"? Sebagian anak menjawab "Lime". "Lime dikurang tige berapee nak"? Semua anak terdiam. Pun kami terdiam n sedikit bingung kenapa tidak ada yang bisa merespon. Kebetulan di dalam kelas tersebut ada salah seorang wali murid yang bisaya membantu kami mentransfer bahasa. 

"Pakek kata cepak buk, pak". Kami pun langsung sigap. "Lime cepak due berapee nak"? Mereka langsung menjawab "Tige". Huffffttttt, untung ada si ibu, hehe.

20 menit sebelum kelas berakhir, kami menanyakan satu pertanyaan lagi. "Nga nak jadi name mile la beso"? (kamu mau jadi apa kalo sudah besar). "Jadi orang..." C**** (salah satu murid): Jadi orang tua. P***(salah satu murid): jadi orang kaya. Begitu polosnya anak-anak ^^

Tergerak hati 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline