Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Mampukah "Revolusi Pendidikan Nadiem" Menghasilkan Komunitas Terdidik?

Diperbarui: 5 November 2019   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Nadiem Makarim, nama yang kini popular di area publik; tokoh mudah ini, yang tadinya 'hanya dikenal' di lingkaran Go (jek, pay, food, send, dan lain sebagainya), diipilih oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 

Kehadiran Nadiem tersebut, walau diselingi pro-kontra, sejumlah rekan akademisi, justru melihat sebagai era baru menuju perubahan pada dunia pendidikan di Indonesia.

Sebab, kata seorang teman saya yang juga Guru Besar, biarkan para Profesor dan Ph.D ada dan tetap di Kampus; mereka fokus di sana; fokus mengajar, memberi kuliah, serta membimbing mahasiswa. 

Urusan admisi pendidikan di tataran Kementerian serahkan pada para politisi. Saya setuju dengan pendapat tersebut, dalam artian jangan tarik para Profesor dan Ph.D untuk hal-hal yang tidak sesuai bidangnya; mereka lebih baik ada di Kampus.

Kembali ke Nadiem Makarim, Sang Menteri Termuda dari kalangan Milenial Y. Pada salah satu artikel, Doni Koesoema, Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan Periode 2019-2023, menyatakan bahwa

"Nadiem akan melakukan akselerasi, percepatan, dan mungkin revolusi pendidikan yang selama ini tak pernah kita bayangkan.

Seorang visioner muda seperti Nadiem, ia akan mendekatkan masa depan ke masa sekarang. Dari berbagai macam gagasan dan pemikiran yang pernah disampaikan Nadiem ke publik sebelum menjadi mendikbud, saya tak pernah khawatir tentang reduksi teknologi dalam pendidikan, atau pengerdilan tujuan pendidikan pada kesiapan kerja."

Ya. Itu salah satu bentuk apresiasi terhadap Nadiem Makarim; para praktisi pendidikan pun menyampaikan hal yang hampir sama dengan Doni Koesoema, ada harapan yang cukup besar ke/pada Nadiem agar bisa mengurai 'benang kusut' pendidikan di Indonesia. 

Oleh sebab itu, hal utama dan penting yang harus dilakukan oleh Nadiem adalah membenahi proses pendidikan (lihat image di atas); utamanya adalah faktor-faktor yang memperngaruhi pendidikan.

  1. Kurikulum. Perlu evaluasi, revisi (termasuk mengurangi, menambah muatan baru) kurikulum sehingga sesuai dengan perkembangan Iptek, perubahan sosial, dan trend perubahan global; tapi tidak merobah hal-hal yang mendasar pada kurikulum
  2. Kemampuan dan kualitas pendidik: Guru dan Dosen. Penyiapan tenaga pendidikan yang selaras dengan hal di atas (1).
  3. Fasilitas Pendidikan. Utamanya perpustakaan reguler dan virtual, laboratorium, serta area belajar di dalam dan luar kelas.
  4. Dukungan Orang Tua Peserta Didik. Orang tua ikut membantu peserta didik di rumah.
  5. Dukungan Pemerintah. Pemerintah Pusat dan Pemda memudahkan dan membantu kegiatan-kegiatan lembaga pendidikan. 
  6. Dukungan Institusi Penerima Hasil Pendidikan. Perlu adanya semacam kelas belajar di luar kelas di perusahan atau pabrik yang (nantinya) menerima hasil pendidikan.

Ok lah.

Namun, pada sebagian kelompok pemerhati pendidikan, harapan pada Nadiem bukan melulu pada 'revolusi pendidikan,' melainkan perbaikan proses pendidikan sehingga mencapai hasil pendidikan yang memadai, misalnya, bisa diterima pada dunia atau lapangan kerja atau langsung bekerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline