Lihat ke Halaman Asli

SANTOSO Mahargono

TERVERIFIKASI

Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pohon Cinta yang Berbuah Puisi

Diperbarui: 11 Juni 2021   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.ubuy.co.id

Aku hanyalah pohon cinta di halaman kamarmu.
Tiap pagi embun mengajakku singgah ke kamar itu.
Bertamu pada kabarmu yang masih sendiri.

"Mengapa dia masih sendiri?" tanyaku pada embun
"Masih banyak kenangan yang menutupi pintu kamarnya" bisik embun.

Benar saja,
Kau nampak menyedihkan.
Bahkan aku rela di tebang musim, demi menjadi perabot kamarmu.

"Penuhi saja laci-laci dengan kenanganmu" pintaku.
"Lalu lihatlah ke halaman, ingatkah saat kanak-kanak kita bermain ayunan?" kucoba memutar waktu. 

"Oh ya aku ingat, tapi ke manakah pohon cinta itu?" balasmu bagai rintik kecewa.

Jawaban menghujam ke bumi bersama embun. Aku terlanjur menjadi perabot berdebu yang sebentar lagi lapuk. Mengapa waktu tak berpihak pada harapan dan kesendirian? sementara buah puisi yang mengering nampak khusyuk menziarahi akarku yang menjamur.

SINGOSARI, 10 Juni 2021

Puisi adalah merdeka, berjuang dengan kata melawan penjajah bising.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline