Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pohon Cinta yang Berbuah Puisi

10 Juni 2021   08:49 Diperbarui: 11 Juni 2021   06:58 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku hanyalah pohon cinta di halaman kamarmu.
Tiap pagi embun mengajakku singgah ke kamar itu.
Bertamu pada kabarmu yang masih sendiri.

"Mengapa dia masih sendiri?" tanyaku pada embun
"Masih banyak kenangan yang menutupi pintu kamarnya" bisik embun.

Benar saja,
Kau nampak menyedihkan.
Bahkan aku rela di tebang musim, demi menjadi perabot kamarmu.

"Penuhi saja laci-laci dengan kenanganmu" pintaku.
"Lalu lihatlah ke halaman, ingatkah saat kanak-kanak kita bermain ayunan?" kucoba memutar waktu. 

"Oh ya aku ingat, tapi ke manakah pohon cinta itu?" balasmu bagai rintik kecewa.

Jawaban menghujam ke bumi bersama embun. Aku terlanjur menjadi perabot berdebu yang sebentar lagi lapuk. Mengapa waktu tak berpihak pada harapan dan kesendirian? sementara buah puisi yang mengering nampak khusyuk menziarahi akarku yang menjamur.

SINGOSARI, 10 Juni 2021

Puisi adalah merdeka, berjuang dengan kata melawan penjajah bising.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun