Lihat ke Halaman Asli

SANTOSO Mahargono

TERVERIFIKASI

Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Puisi | Bunga dari Ibu

Diperbarui: 15 November 2019   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: rackcdn.com

Aku selalu terdiam saat ibu menyiram kembang. 
Kulihat seperti ada pelangi diantara rintik air yang tumpah. 
Mungkin itulah asal warna bunga. 

Aku juga terdiam saat ibu menyiangi bunga yang layu. 
Kulihat wajah ibu begitu sedih sampai airmatanya tumpah. 
Mungkin itulah warna asli bunga. 

Kini, saat aku dewasa dan ibuku semakin renta 
kutunggu di sampingnya dengan setia. 
Sebuah dipan dengan sprei bunga-bunga  
menguatkan tubuhnya yang terbaring lemas. 

Ibuku bercerita mengapa saat senja selalu 
menyiram bunga? Sebab esok pagi adalah 
waktunya bunga mekar 

"Lalu mengapa ibu sedih saat memetik bunga
yang layu?,"
sahutku lirih.

"Akulah bunga layu sekarang ini, kau tak usah
memetiknya, sejak kecil bunga itu sudah ibu
berikan padamu, semuanya untukmu." 

Dan aku meraung-raung saat bunga itu terbang
ke angkasa. Kuntumnya benar-benar beku.


SINGOSARI, 11 November 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline