Lihat ke Halaman Asli

Anjingkah Aku?

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mungkin benar kata Charil Anwar... Aku adalah Binatang Jalang... tak sekedar manusia jalang..


Tak ubahnya seekor anjing.. aku hanya diberi makan.. lalu ditinggal oleh "majikanku". Bagi majikanku.. memenuhi kebutuhanku itu sudah lebih dari cukup... pagi.. siang.. malam.. cukup diberi makan... butuh apa lagi? mainan? tempat tinggal? oh majikanku yg baik selalu memberiku itu...


Majikanku nampak baik memang... tapi sekali lagi.. aku hanyalah seekor anjing... aku ada dalam kadang... aku dirantai... aku selalu berada di belakang majikanku... mengikuti kemana tarikan rantai itu pergi.. aku tak bisa memilih jalan sendiri...


Majikanku banyak berharap dariku... berharap menjaga rumahnya.. menjaga harta yg ia banggakan... Aku juga anjing yg ia banggakan.. karena aku anjing dari Ras kelas atas.. tak terlalu atas memang... tapi aku bukanlah anjing kampung... tak jarang ia memamerkan anjing kebanggaannya ini kehadapan teman-temannya... memarkan kehebatanku.. untuk kebangganyanya... untuk prestige-nya... bukan prestige-ku... karena itu ia sangat berharap padaku.. si anjing ras...


bahkan untuk urusan biadab kawin mawin pun majikanku yg mengatur... aku dikawinkan pada musim kawin... dikawinkan dengan anjing pilihannya... aku anjing ras.. baginya tak pantas anjing ras tak pantas kawin dengan anjing kampung...


Benar kata Chairil Anwar... Aku adalah kumpulan dari yang terbuang... di rumah majikanku hanya akulah yang tak bersuara... aku hanya bisa menggonggong... dan aku terbuang di sini... selama rantai itu masih melingkar aku selalu ada di belakang majikanku...


Majikanku sangat cinta padaku... ia takut kehilangan aku... oleh karena itu aku selalu dirantai.. dan ditambatkan pada idealismenya... kadang aku berontak... aku hanya bisa kaing-kaing... yg hanya berbalas dengan triakan majikanku "Diam!! Huussyy Diam!! Sit.. Sit!! Duduk!! Masuk Kandang!!"


Anjingkah aku yang tak bisa bersuara?
Anjingkah aku yang selalu ada di belakang rantai?
Anjingkah aku yang berjalan sesuai dengan tarikan majikanku?
Anjingkah aku yang tak diijinkan kawin dengan pilihanku?


Aku ingin lepas dari rantai itu... aku ingin menunjukan bahwa aku bukanlah Anjing... aku SINGA yang mampu menerkam mimpi, asa, cita dan cintaku... aku mampu meraung... Aku tak pantas tinggal di kandang... Aku adalah Raja Hutan, penguasa Rimba... yang bebas memilih hewan mana yang akan aku hamili... yang bebas menerkam apa saja kapan saja... aku ingin berlarian di hutan.. di depan komplotan singa hutan lainnya...


Tolong tuan... lepaskan rantai itu dari tambatan Idealismemu yg mengikat leherku... jangan biarkan aku mati sebagai anjing ras yang selalu ada di bawah selangkanganmu... ucapku dalam kaing-kaing kebisuan

Salam, Doa, dan Cinta

dari Anjing yang Malang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline