Lihat ke Halaman Asli

Pasang CCTV di Jembatan Penyeberangan Orang, Cukupkah? (Bagian-1)

Diperbarui: 2 Desember 2015   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Om-G, Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi Terapan, K3, 1 Desember 2015].

Pasang CCTV di Jembatan Penyeberangan Orang, Cukupkah?      [Judul asli: 7E-1M Cara Tuntas untuk Meningkatkan Keamanan di JPO]. (Bagian-1).

[Om-G, Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi Terapan, K3, 1 Desember 2015].

Peristiwa kriminal di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) terjadi lagi di Jakarta. Beberapa orang teman, kebanyakan yang wanita, menyatakan kepada Om-G, bahwa mereka merasa (makin) takut untuk memakai JPO, terutama pada malam hari. Menanggapi kejadian ini, Om Ahok, Gubernur DKI, menyatakan akan segera memasang CCTV di tempat-tempat yang rawan.

Pertanyaannya, cukupkah itu? Yakinkah Om dan Tante bahwa pemasangan CCTV akan seca­ra efektif menanggulangi masalahan kerawanan di JPO?

Barangkali masih ingat tentang peristiwa kaburnya beberapa narapidana di sebuah instansi, padahal sebetulnya proses kaburnya para napi itu terpantau oleh CCTV yang terpasang di situ? Pada saat besoknya diketahui ada yang kabur, rekaman CCTV nya diperiksa.  Merasa ada yang aneh dengan kabar tersebut? Ya aneh lah: ada CCTV yang terpasang dan berfungsi dengan baik, dan mestinya ada para petugas jaga yang bertugas pada malam itu. Lha kok para petugas jaga tidak memantau CCTV dan lalu menggagalkan peristiwa kabur tersebut?   

Om-G tidak mengikuti kabar itu, tetapi bisa timbul beberapa dugaan kenapa para petugas jaga tidak memantau CCTV dan lalu menggagalkan peristiwa kabur tersebut, yaitu misalnya:

  • Para penjaganya memang tidak sedang berjaga dan mengawasi keadaan via CCTV. [Kalau ini yang terjadi, kok asyik ya, orang yang ditugasi (dan digaji) untuk melakukan tugas tertentu, lalu “dengan seenaknya” melalaikan tugas tersebut. Ya iyalah, tidak boleh ada alasan bahwa dia/mereka sedang tertidur pada saat peristiwa itu terjadi, sehingga sedang tidak memantau CCTV... Lha tugasnya memang itu, ‘kan?].
  • Tidak adanya pengawasan terhadap para petugas jaga, sehingga walaupun ada yang melalaikan tugas (mungkin dilakukan secara “berjamaah”, karena tidak mungkin tugas jaga dilkukan hanya oleh satu orang...), hal ini menjadi tidak termonitor; sehingga pada saat terjadi “apa-apa” ya berjalan muluslah “apa-apa” nya tadi...
  • Dan lain-lain yang Om-G tidak berani sebutkan karena belum terbukti seperti itu... Jangan-jangan Om-G ntar dituduh mencemarkan nama baik... (tapi Om-G menduga bahwa sebetulnya alasan ke tiga ini juga sudah ada dalam benak Om dan Tante, hehehe...).

 

Kembali ke masalah CCTV untuk memantau JPO:

Ke dua: katakanlah misalnya dengan pemasangan CCTV itu kemudian JPO-JPO sudah menjadi aman, bagaimana meyakinkan masyarakat pengguna JPO bahwa di situ sudah aman dengan seaman-amannya sehingga masyarakat tidak perlu kuatir lagi?

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline