Lihat ke Halaman Asli

Anissa Muthia S

(a.k.a Nyssa Syira)

Kasih Sayang, Energi Terbaik untuk Kelangsungan Hidup Manusia

Diperbarui: 4 Agustus 2018   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku dan Keluargaku saat berkunjung ke De Mata Trick Eyes Museum Jogja (Sumber Foto : Dokpri)

Jika kamu berpikir peringatan hari kasih sayang hanya ada pada tanggal 14 Februari, maka kamu salah! Peringatan hari kasih saang itu seharusnya diadakan setiap hari agar setiap orang ingat betapa pentingnya kasih sayang bagi kehidupan.. Jika kamu berpikir kasih sayang hanya untuk manusia maka kamu salah! Kasih sayang itu penting untuk semua makhluk hidup di muka bumi ini.

Aku tidak pernah bisa membayangkan, apa jadinya aku tanpa keluargaku. Bukan hanya keluarga sebagai status belaka, namun keluargaku merupakan supporter terbaik dalam hidupku. Mereka adalah orang-orang yang selalu dengan tulus memberikan kasih sayangnya padaku. Aku bisa merasakan kehangatan dan kasih sayang mereka dalam berbagai situasi dan kondisi. Dari sejak lahir hingga dewasa saat ini, aku selalu merasakan kehadiran mereka dalam setiap kejadian dalam hidupku. 

Mereka memberiku semangat ketika suatu kali tidak mendapat juara kelas, mereka membantuku pulih ketika aku mengalami patah tulang (bagian bahu kiri), mereka memberiku nasihat ketika aku patah hati. Singkatnya, mereka selalu memberikan semangat dan dukungannya padaku, baik itu dukungan moral atau materiil. 

Pernah suatu kali, aku berada dalam sebuah perasaan terpuruk. Saat itu, aku benar-benar merasa seperti berada dalam titik terendah dalam hidupku, aku putus asa. Saat itu orang yang aku sayangi pergi meninggalkan aku, dia lebih memilih wanita lain. Mungkin saat itu perasaanku terlalu dalam padanya, sehingga ketika ia pergi rasanya aku benar-benar hancur. Aku sudah membayangkan suatu saat akan menjadi pendamping hidunya, menemaninya disaat suka dan duka dan bisa menua bersamanya. Tapi ternyata angan-anganku pupus di tengah jalan. 

Dia yang berencana melamar ke keluargaku tak kunjung datang. Awalnya aku tidak tahu penyebab dia selalu mengulur-ngulur waktu, ada saja alasannya ketika aku menagih janjinya untuk bertandang kerumah. Sampai suatu saat ada seorang temanku yang memberitahu kalau dia melihat pacarku tersebut dengan wanita lain dan terlihat mesra. Singkat kata kami pun putus, hubungan kami berakhir.

Ketika saat-saat terpuruk itu, ibuku selalu ada untukku. Dia selalu menyemangatiku. Mengeus-elus kepalaku saat aku merasa sedih. Tak bosan-bosannya ibu mendengarkan ceritaku, ibu juga menceritakan pengalaman hidupnya dan pengalaman hidup orang lain yang diharapkan dapat menjadi penyemangat dalam hidupku. Ayahku tak kalah berperan waktu itu. Ia menawarkan padaku untuk melanjutkan studi S2, ia berkata kalau kita sibuk dengan hal lain, maka tidak akan ada tempat bagi sedih dan putus asa di dala hati dan pikiran kita. 

Aku tidak perlu berpikir panjang untuk menerima tawaran ayah. Dari dulu atau tepatnya sejak lulus S1 aku memang memiliki keinginan untuk melanjutkan S2. Aku juga berpikir, mungkin aku perlu suasana lain untuk menyegarkan hati dan pikiranku yang sedang kelam saat itu. Dan memang benar, sejak aku mulai kuliah pikiran mulai disibukkan dengan hal-hal berbau akademik. Tidak ada tempat untuk putus asa dan rasa sedih. Yang ada adalah harapan baru untuk kehidupanku di masa yang akan datang.

Itu hanya sekelumit kisahku untuk menggambarkan dukungan dan kasih sayang  yang aku terima dari keluargaku.  Kalau diingat-ingat, sebenarnya kasih sayang mereka berikan tidak hanya berwujud perkataan manis, dukungan moril atau materiil. Aku juga pernah menerima kasih sayang mereka dalam bentuk amarah dan nasihat pedas. Tapi lambat laun aku mengerti, itu mereka lakukan karena mereka sayang padaku.

Kasih sayang bukan hanya berasal dari keluarga tapi juga pada orang sekitar yang peduli pada kita

Aku pernah menonton sebuah fllm berjudul "The Blind Side". Sebuah film yang diadaptasi dari kisah nyata yang menceritakan tentang kisah hidup sorang pemain football Amerika bernama Michael Oher. Oher, merupakan anak dari warga kulit hitam dan memiliki seorang ibu pecandu narkoba. 

Singkat kata, Oher menjalani hidup yang tidak layak sebelum ia bertemu dengan keluarga Tuohy. Oher yang awalnya tidak bersekolah kini bisa bersekolah di sebuah sekolah yang cukup bergengsi saat itu. Oher yang dulunya tidak memiliki tempat tinggal yang 'hangat', kini ia dikelilingi oleh kehangatan yang diberikan keluarga Tuohy. Namun kehidupan tidak langsung berjalan mulus bagi Oher. Dia sering diejek oleh teman-temannya karena memiliki tubuh yang besar dan tidak pandai dalam mata pelajaran sekolah (baca : bodoh). Suatu hari, Anne Tuohy  menemukan bakat terpendam Oher, yatu menjadi seorang pemain football. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline