Lihat ke Halaman Asli

Nyimas RevilyaNing

Mahasiswi Universitas Pembangunan Jaya

Manajemen Krisis

Diperbarui: 26 September 2022   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Nyimas Revilya Ning Ayu Putri

Nim : 2019041060 

Dosen : Dr. Geofakta Razali, M. I. Kom

Mata Kuliah dan Kampus : Manajemen Krisis UPJ

 

Kasus Bjorka dilatarbelakangi dengan munculnya akun dengan username @Bjorkanism di Twitter. Bjorka diduga sebagai hacker yang mengaku memiliki data privasi dari pemerintahan. 

Awal munculnya Bjorka adalah dengan mengungkap data pribadi sim card masyarakat yang ia sudah ketahui, aksinya berlanjut sampai dengan mengungkap hal-hal yang diinginkan sejawat Twitter. 

Salah satu yang diungkap adalah kasus pembunuhan munir beserta data pribadi dari pihak terkait yang tersebar luas di Twitter. Aksinya tetap berlanjut dengan mengkritisi Menteri-menteri seperti salah satunya adalah Erick Thohir, lalu hal yang paling disorot dari hal ini adalah Bjorka yang menyebarkan data pribadi Presiden.

Hal ini menjadi ancaman bagi pemerintahan salah satunya adalah reputasi dari pemerintahan dimata masyarakat dengan fakta-fakta yang diungkapkan oleh Bjorka. 

PR dapat melakukan tugasnya dengan menangguhkan Bjorka dan lebih aktif menyelidiki akun yang kemungkinan merupakan Bjorka, PR harus mengerti terlebih dahulu bagaimana sistem dari pemerintahan dapat diretas lalu membuat langkah menambah sistem proteksi, menyuguhkan berita kepada media mengenai penanganan kasus ini secara transparan untuk mengembalikan kepercayaan publik.

Jika dapat dikaitkan dengan teori komunikasi maka hal ini memiliki relevansi dengan teori Situational Crisis Communication Theory (SCCT) atau Teori Situasional Komunikasi Krisis awal diperkenalkan secara luas oleh W. Timothy Coombs di tahun 1995 (W. T. S. J. H. Coombs, 2010) membangun premis bahwa krisis ialah peristiwa negatif yang tidak dapat diduga dan disangka, sehingga memungkinkan besar stakeholder memiliki atribusi mengenai krisis (W. T. S. J. H. Coombs, 2010).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline