Lihat ke Halaman Asli

Nurul Fatma

Freelancer Script Writer

Pejuang Skripsi Tidak Cuman Ngetik, tapi Ada Proses Mental

Diperbarui: 21 September 2021   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mahasiswi akhir mengerjakan skripsi | Sumber: Pexels via edukasi.kompas.com/

Siapa yang dulu mengira orang yang ngeluh sama skripsi itu lebay?

Saya...

Sekarang saya paham kenapa dark jokes tentang skripsian masih menjadi bahasan banyak orang. Karena skripsian itu salah satu tantangan terbesar dalam hidup. 

Kalau dalam games, ibaratnya kamu lagi melawan bosnya di level sebagai mahasiswa, barulah kamu bisa naik ke level selanjutnya di jenjang karir.

Let me know, kamu golongan yang mana, yang cepat lulus  atau yang telat lulus?

Siapapun kamu mungkin bisa relate yang namanya lika liku penulisan skripsi.

Cerita dimulai dari saat saya masih menjadi mahasiswa yang tepat waktu mengumpulkan tugas, tugas yang dikumpulkan haruslah sempurna, dan kalau ujian mesti belajar dulu dan tipe menulis yang panjang dalam jawaban esai. Tapi, saat skripsian saya terperangkap selama 11 semester di kampus. 

Jika rata-rata mahasiswa jurusan saya mulai skripsian di semester 7, maka saya telah terperangkap selama 4 semester untuk menuntaskan skripsi tersebut.

Kesalahan pertama saya adalah berpikir bahwa skripsi mahasiswa soshum lebih mudah dilakukan daripada mahasiswa mipa. 

Bahkan dengan santai saya katakan pada orang tua, "Tenang mah, skripsi soshum gampang, bakalan sebentar kok ma." Petir menyambar kutukan datang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline