.Di bulan Juli pada pertengahan kemarau udara sangat panas siang ini seperti kemarin matahari tegak lurus dengan ubun ubun bayang pun seperti noktah besar di seputar setiap benda. Sang surya seperti tanpa jarak dan penghalang mengakibatkan panasnya terasa membakar menghujam tajam menguliti seluruh tubuh, pandangan mata pun pedih untuk sekadar melihat, angin yang berhembus ikut ikutan membawa desau panas jauh dari sejuk bahkan menyengat. Intinya adalah tidak nyaman. Ketidaknyamanan itulah mengakibatkan semua yang di bawah kolong awan menghindar ataupun berlindung. Burung berteduh tidak terbang seakan takut terbakar. Orang orang jarang berlalu lalang banyak yang menyingkir. berlindung di segala keteduhan di sekitar taman
Siang yang tidak bersahabat lalu lalang kendaraan dan pemakai jalan ogah-ogahan. Tiba-tiba para pengendara roda empat melambatkan laju mesinnya, pesepeda motor mengerem dan memelankan kecepatannya, pejalan kaki langsung berhenti. Seolah-olah ada medan mahnet sangat kuat sehingga dapat mengubah gerak kecepatan mekanik dan pada kejadian berikutnya mereka terhenyak oleh hentakkan suasana gaduh. Seorang gadis berteriak hebat, histeris, menendang, memukul, membenturkan kepala, sudah tak terbilang berapa benda rusak, dan orang yang berusaha menghentikan kegilaanya mengalami kesialan berapa di antaranya tangan terkilir, kepala benjol, hingga tubuh yang lebam. Itulah mengapa kemudian tak seorang pun yang sudi mendekat tak sudi niat baik berakibat luka. Hanya dilihat saja seoalah olah ada pertunjukan topeng monyet, dibiarkan saja si gadis itu meraung sendirian. Si gadis tambah tidak terkendali ia cakar yang ada di dekatnya ia lempar segala benda yang di dekatnya akibatnya semua benda dan oranamen yang ada didekatnya menjadi rusak masai. Seperti tidak terpengaruh orang disekelilingnya gadis itu tetap meraung seperti kucing akan kawin, sangat gaduh. Namun lama-lama tenaganya berkurang bagai karung bocor nglemprek tidak mampu berdiri. Akhirnya gadis itu lunglai tenang sendiri, sekarang tatapan matanya berubah menjadi pilu, sisa sisa tangis bercampur dengan debu menutupi wajah cantiknya. Kini ia lunglai. Namun tak seorang pun yang berani mendekat hanya berdiam menatap dan menjaga jarak.
Orang_orang bertambah banyak berkerumun ada yang mengabadikan dengan kamera sakunya, memotret langsung selanjutnya diunggah di akunnya, atau sekedara berswafoto seakan kejadian ini adalah sesuatu yang sangat langka dan layak untuk diabadikan tidak peduli apakah ini peristiwa derita atau bahagia untuk orang lain yang jelas karena memang masanya untuk melakukan selfie dengan latar peristiwa aneh. Bahkan kalau perlu peristiwa aneh itu mereka abadikan dengan membuat prank yang lagi mewabah di kalangan penggila medsos dengan alasan sekedar lelucon. Prank yang dimainkan oleh beberapa orang yang berakibat kaget, tidak nyaman, heran, histeris bagi korban, namun untuk pembuatnya tentu saja hanyalah lucu-lucuan. Sayangnya pembuat prank tidak memikirkan akibat dari tindakannya itu berakibat trauma, fobia, atau apalah yang timbul akibat peristiwa itu. Si gadis hanyalah satu dari sekian banyak peristiwa yang hadir dan bisa dijadikan model.
"Minggir... minggir... minta lewat," tiba-tiba ada suara nge-bas kuat membuat kerumunan sedikit buyar dan agak memberi ruang untuk satu pejalan. Orang yang bersuara ngebas itu mempunyai tinggi kurang lebih dari seratus delapan puluh senti, dengan berat delapan puluh kilogram otot-otot lengan menyembul seperti gada Bima, dada sangat bidang, bentuk tubuh seperti Ade Ray tidak tampak lemak berlebih ditubuhnya. Banyak yang mengira dia seorang atlit, karateka, pesilat, pegulat atau semacamnya. Mungkin itulah sangat mudah baginya untuk menyibak kerumunan yang menyemut.
"Pulang!" Lelaki itu membentak sambil menarik lengannya yang masih histeris. Si gadis pun pertama-tama hanya menoleh sedikit memicingkan matanya. Namun ketika melihat sesok tubuh yang sangat tidak asing baginya tiba tiba ia menurut bagai anak kecil yang diberi es krim atau gula-gula hingga menjadi penurut. Gadis itu kini seakan-akan telah lupa keonaran yang telah dilakukannya. Seolah-olaht tidak ada sisa histeria sebelumnya yang sempat membuat kewalahan sepuluh lelaki dewasa.
"Bubar-bubar ini bukan sirkus!" Katanya sambil menarik lengan si gadis menjauh dari kerumunan.
"Pulang-pulang." Teriak yang lain.
"Sudah habis tontonannya." Sahut lainnya
Kerumunan itu baik secara sadar maupun terpaksa pergi karena dibubarkan oleh pihak keamanan yang sudah datang dan mengambil peran dengan menertibkan semua yang ada. Atau meninggalkan tempat karena sudah bosan dan mencari tempat lain untuk sekedar menghabiskan waktu. Akhirnya benar-benar sepi suasana taman yang sudah tidak sepanas siang tadi. Kini sinar matahari sudah mengakibatkan bayang sejauh dua kali benda artinya sudah agak sore. Tiba-tiba saja anak kecil datang bersama orang tua yang datang belakangan sedikit heran karena mereka mendapati taman sedikit lusuh. Dan mereka banyak menjumpai orang pergi dari taman, dari keingintahuan kemudian dicobanya bertanya pada penjual mainan
"Habis ada pencopetan ya Mang?"
"Bukan," sambil merapikan barang dagangannya.