Lihat ke Halaman Asli

Nursuci Hakiki Alfianti

Mahasiswa PAI-A Reguler Semester 2 IAIDU Asahan

Rintangan Manusia dalam Berfikir ditulis oleh Nursuci Hakiki Alfianti dan Suci Andriani

Diperbarui: 23 Februari 2021   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebelum melakukan aktivitas, setiap manusia pasti mengalami proses berfikir. Berfikir adalah sarana atau cara untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses berfikir, seringkali kita dihadapkan pada suatu rintangan sehingga sasaran dan capaian yang hendak dituju agak tersendat bahkan dapat menyesatkan kita.


Francis Bacon (1564-1626) menyarankan agar menghindari empat macam idola atau rintangan dalam berfikir yang disebutnya Idols of the Mind, yang terdiri atas Idols of the Tribe, Idols of the Cave, Idols of the Market dan Idols of the Theater.


1.Idols Of The Tribe


Menurut C. Verhaak S.J, dan R. Haryono Imam (1991:143), idols of the tribe atau berhala suku adalah kekeliruan--kekeliruan yang disebabkan oleh kecenderungan--kecenderungan yang melekat dalam sifat diri manusia. Hal ini terbukti ketika manusia yang cenderung mengukur dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mendasarkan pandangannya pada realitas yang dilihatnya. Akibatnya manusia mengabaikan objek yang dilihatnya karena manusia menerapkan ukuran yang sebenarnya tidak ada pada sesuatu itu.


Sedangkan menurut Bacon (1620:Pasal XLI), idols of the tribe merupakan berhala dari suku yang memiliki dasar dalam sifat manusia itu sendiri, dan dalam suku atau ras manusia itu sendiri. Ini adalah pernyataan yang salah bahwa akal manusia adalah ukuran segala sesuatu. Sebaliknya, semua persepsi serta indera seperti halnya pikiran didasarkan menurut ukuran individu dan bukan menurut ukuran alam semesta. Dan pemahaman manusia seperti cermin palsu, yang menerima sinar secara tidak teratur, dan mengubah warna sifat benda dengan mencampurkan sifatnya sendiri dengannya.


Berdasarkan pendapat di atas Idols of the tribe merupakan dasar dalam alam manusia sendiri. Untuk itu sebuah kesalahan, manakala kita menganggap bahwa perasaan manusia adalah ukuran dari segala sesuatu karena persepsi manusia itu sesuai dengan ukuran individual dan belum tentu sesuai dengan ukuran universal. Oleh karena itu dalam menggunakan metode induksi jangan sampai terjebak pada pemikiran yang dangkal tetapi diperlukan eksperimen.


Idols of the tribe ini bersumber pada sifat dasar manusia sendiri yaitu setiap manusia mesti terikat pada lingkungan kesukuan, ras, atau golongan-golongan. Manusia cenderung untuk setuju terhadap hal-hal yang sesuai dengan dirinya sendiri. Dengan demikian mereka dengan mudah sampai pada kesimpulan dan tidak mengetahui bukti-bukti yang saling bertentangan. Hal ini secara khusus dapat terjadi apabila melibatkan kepentingan ras, suku atau kelompok. Temperamen seseorang mungkin ditentukan oleh jabatan atau status sosialnya. Orang suka bekerjasama dengan mereka yang memiliki selera dan pandangan yang sama. Kelompok orang-orang tertentu cenderung untuk menerima kesimpulan--kesimpulan yang sama dan berbagai kepentingan kemungkinan dapat menguasai mereka.


Pemikiran manusia yang mengalami idols of the tribe ini akan senantiasa merujuk dan berpegang teguh pada pemikiran kelompok, dan golongan tertentu yang diyakini kebenarannya. Tanpa sekalipun ia menaruh kecurigaan terhadap validitas dan kelayakan hasil pemikiran kelompoknya itu. Setiap pemikiran orang lain yang berbeda dengan hasil pemikiran kelompok yang dianutnya, dianggap salah dan tidak bernilai. Kondisi inilah yang senantiasa memicu perselisihan dikalangan umat islam, karena sebagian besar kaum muslimin lebih suka memegangi hujjah kelompok / golongannya tanpa disertai pemahaman yang memadai validitas dan ketepatan hujjah imam madzhabnya. Dan yang lebih para dari semua itu adalah fanatisme buta pada imam madzhabnya, sekalipun seseorang mampu mengenali bahwa hujjah imamnya lemah, namun karena fanatisme yang berlebihan pada sang imam, ia lebih suka mengikuti gagasan imamnya. Sebagaimana yang disinggung oleh al 'Allamah Syah Waliyullah al Dihlawi (Tt : 90) berikut ini :  "...Sungguh mengherankan, para ulama yang taqlid itu sebenarnya mengetahui bahwa argumen imamnya lemah dan dia tidak mampu untuk mempertahankannya, akan tetapi ia tetap saja taqlid. Dan dia meninggalkan pendapat ulama lain yang jelas, yang berdasarkan al--Qur'an dan al Hadis ataupun berdasarkan Qiyas yang Shahih, hanya karena kefanatikannya dalam bertaqlid..."


2.Idols Of The Cave


Menurut Ali Maksum (2011:121-122), Idols of the cave atau berhala gua adalah kekeliruan--kekeliruan yang disebabkan subjektivitas manusia yang cenderung prejudice (berprasangka), terlalu yakin pada anggapannya sendiri yang dipengaruhi oleh watak, pendidikan, pembacaaan, pengaruh-pengaruh khusus yang tertanam dalam diri manusia.


Sedangkan menurut Bacon (1962:Pasal XLII), idols of the cave merupakan berhala dari individu manusia. Karena setiap orang memiliki gua atau sarangnya sendiri, yang membiaskan dan mengubah warna cahaya alam, baik karena sifatnya yang tepat dan khas; atau untuk pendidikan dan percakapannya dengan orang lain; atau membaca buku, dan otoritas orang-orang yang dia hargai dan kagumi; atau perbedaan kesan, karena itu terjadi dalam pikiran yang sibuk atau dalam pikiran yang acuh tak acuh dan mapan; atau sejenisnya. Sehingga ruh manusia (menurut yang diberikan kepada individu yang berbeda) sebenarnya adalah sesuatu yang bervariasi dan penuh gangguan, dan diatur sebagaimana adanya secara kebetulan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline