Lihat ke Halaman Asli

Nursini Rais

TERVERIFIKASI

Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Warga Tolak Jenazah Covid-19, Orang-orang Pintar Itu Tahunya Apa?

Diperbarui: 7 April 2020   03:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keluarga pasien berdoa ke jenazah suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat, Selasa (31/3/2020). Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan dua tempat pemakaman umum (TPU) untuk memakamkan pasien terjangkit virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia, yakni di TPU Tegal Alur di Jakarta Barat dan TPU Pondok Ranggon di Jakarta Timur. Jenazah yang dapat dimakamkan di sana, yakni yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan berstatus positif terjangkit virus corona.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Sudah jatuh tertimpa tangga. Begitulah kiranya kesedihan yang ditanggung keluarga korban yang meninggal terkait kasus Covid-19. Ketika sakit tak ditemani, saat syakratul maut tidak didampingi, tak dapat melihat wajahnya untuk yang terakhir.

Mirisnya, setelah kehilangan orang tersayang mereka harus menelan pil pahit. Sebagian masyarakat menolak mayat keluarganya tersebut dikebumikan di wilayah mereka. Karena dianggap membawa virus corona. 

Kasus memilukan tersebut terjadi di beberapa daerah. Salah satunya dialami oleh keluarga jenazah di Lampung Selatan. Seorang pasien yang diduga positif corona mengembuskan nafas terakhirnya Senin 30/3/2020 di Ruang Isolasi RS Bandar Lampung, sekitar pukul 00.30 WIB. Jasadnya sempat telantar beberapa jam karena ditolak warga sampai dua kali.

Rencana semula jenazahnya akan dikuburkan di Pemakaman Umum (TPU) Batu Putuk, Teluk Betung Barat pada pukul 14.00 WIB.

Liang lahat telah digali, jenazah sudah diantar oleh ambulan. Namun masyarakat setempat tak terima kampungnya dijadikan tempat penguburan korban covid-19. 

Mayat dipindahkan ke TPU Bukit Kemiling Permai, Kecamatan Kemiling. Kuburan baru pun digali. Insiden serupa terulang lagi.

Akhirnya jasad tak bernyawa tersebut dimakamkan di lahan milik pemerintah provinsi. Tidak tanggung-tanggung. Dengan menggunakan eskavator, liang lahatnya digali sedalam 8 meter. Sesuai standar WHO untuk mayat korban virus corona. Kisah lengkapnya baca di sini.

Problem serupa masih berlangsung sampai kemirin. Hal tersebut wajar. Tak ada yang salah tiada pula yang benar. Yang salah, belum maksimumnya komunikasi dan sosialisasi dari pihak terkait. 

Mungkin mereka (petugas pemakaman) datang tanpa teding eling alias tanpa konfirmasi terlebih dahulu dengan penduduk setempat.

Seperti insiden di Sumedang Jawa Barat. Sabtu 28/3/2020 ada permintaan secara pribadi untuk mengebumikan jenazah warga Bandung yang diduga korban corona. Masyarakat setempat menolak. Tiba-tiba Minggu 29/03/2020, warga menemukan satu makam tak dikenal di tanah pekuburan tak jauh dari pemukiman penduduk. Di lokasi terdapat masker bekas pakai dan botol minuman sejenis vitamin. 

Menurut saya orang awam, ada kesan pihak petugas telah memberikan jenazah korban covid-19 tersebut kepada penduduk Sumedang secara paksa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline