Euforia Idul Fitri telah usai, rumah kembali sepi, dan rutinitas harian pun dimulai. Namun, alih-alih semangat, banyak orang justru merasa kosong dan kehilangan arah.
Fenomena ini dikenal sebagai Post-Ramadan Blues, perasaan hampa yang muncul setelah Ramadan dan Lebaran berakhir. Apa penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasinya?
Mengapa Post-Ramadan Blues Terjadi?
1. Kehilangan Atmosfer Ramadan yang Penuh Makna
Ramadan bukan sekadar bulan puasa, tetapi juga momen kebersamaan, refleksi spiritual, dan peningkatan ibadah. Setelah sebulan penuh dengan aktivitas ibadah yang teratur, shalat tarawih, sahur, berbuka bersama, banyak orang merasa ada "kekosongan" ketika semua itu tiba-tiba berakhir.
2. Rutinitas Kembali ke Normal yang Terasa Membosankan
Saat Ramadan, hari-hari terasa lebih terstruktur dengan waktu sahur, buka puasa, dan ibadah lainnya. Namun setelahnya, pola hidup kembali ke rutinitas biasa, yang bagi sebagian orang terasa membosankan dan tidak sebermakna.
3. Kesepian Setelah Silaturahmi Lebaran
Lebaran menjadi ajang berkumpul dengan keluarga besar. Namun setelah itu, banyak orang kembali ke perantauan atau kembali sendiri di rumah. Perpisahan ini sering kali memunculkan rasa rindu dan kesepian.
4. Kondisi Finansial yang Menipis
Bagi banyak orang, pasca-Lebaran juga berarti menghadapi kenyataan keuangan yang menipis. Pengeluaran besar untuk mudik, hampers, dan kebutuhan Lebaran bisa menimbulkan stres tersendiri.