Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Bahagia Itu Mudah, Mengapa Menggenggam Luka?

Diperbarui: 28 Februari 2021   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para ahlinya ahli berkumpul untuk saling bahagia (Foto: FH)

Namanya Farida Hidayati. Silakan ditebak dari namanya kira-kira punya latar belakang keilmuan apa. Beliau ini berkata dalam sebuah even, jika bahagia itu murah, mengapa harus menggenggam luka. Lantas saya ubah, murah menjadi mudah. Kurang lebih sama. Murah itu mudah. Meskipun mudah, belum tentu murah. Yang jelas kata-kata itu akan dapat menghipnotis pembaca. Oh iya... jika bahagia itu murah dan mudah, mengapa harus sekian lama tidak bisa keluar dari sayatan luka?

Menjadi dosen Psikologi di universitas negeri, dan masuk psikologi dengan dorongan yang dulu sulit dipercaya: timbang kuliah ndik mana, wes ndik psikologi saja. Siapa tahu cocok. Hehehe... begitulah sedikit ilustrasi penulis yang akan saya kutipkan di bawah. Saya mengajaknya ke Kompasiana, biar bisa menulis sendiri, tapi beliau ini merasa : menulis itu memerlukan mood.

Lantas saya jawab; menulis itu beda dengan mengarang.

Kalau mengarang, perlu mood. Soale kan harus ngarang-ngarang gitu, kata saya mencoba beretorika. KAlau menulis, ta menulis saja. Mau puisi silakan, mau humor silakan, mau panjang lebar dengan referensi yang silang saling semrawut karena beragam sumber, juga boleh sepanjang kode etik penulisan tetap dijaga. Jangan plagiarisme.

Oh iya iya Kakakkk.... jawab Farida yang jebulnya adik kelas saya di Psikogama. Mari kita ikuti tulisannya yang menyentuh ini.

Pikiran - Badan - Jiwa saling terkoneksi.

by Farida Hidayati, S.PSi., M.Si., Psikolog.

Badan yang tidak sehat akan dapat memunculkan pikiran yang cemas dan jiwa yang tidak tenang. Dan jika lingkaran itu terus berputar maka akan semakin menguat dan membesar.

Kita perlu memotong lingkarannya agar berhenti berputar. Dimulai darimanapun tak jadi soal. Apakah akan dimulai dari badannya, dengan merubah pola makan, pola tidur ataupun latihan fisik. Badan yang bugar membuat pikiran dan jiwa lebih nyaman.

Bisa juga dari pikiran dulu, membangun pikiran yang positip dan realistis. Setiap kali pikiran negatif datang, coba ajak ngobrol pikiran negatifnya dan kembalikan pada realitas. Pikiran yg mencemaskan itu banyak yang tdk terbukti, dan si trauma jangan dibolehin ikut terus. Pikiran yang tidak ada cemas dan trauma akan lbh tenang dan membuat tubuh dan jiwa lebih kondusif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline