Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Imlek 2572 dan Semangat Selamatkan Lahan Basah

Diperbarui: 12 Februari 2021   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lahan basah perlu diselamatkan oleh upaya manusia secara nyata (Foto: klikkalimantan.co)

Hari ini Jumat tanggal 12 Februari 2021 atau Tahun Baru Imlek 2572, diperingati hampir oleh mayoritas populasi manusia di banyak penjuru dunia. Senyampang dengan peringatan yang orang berharap semakin banyak keberuntungan, nasib baik, dan rezeki mengalir dengan penuh limpahan barokah, saya akan sedikit bercerita mengenai Hari Lahan Basah Dunia. Hari yang juga diperingati sebagai upaya anak manusia untuk menyelamatkan ekosistem lingkungan hidup di area lahan basah. Anekdot bisa terjadi, lahan basah di tanah Jawa hanya bisa muncul ketika musim banjir tiba. 

Namun di Kalimantan, banyak lahan basah yang juga terancam mengering karena sedimentasi, penambangan, reklamasi, sampai beragam aksi manusia yang belum terketuk hatinya untuk menyelamatkan lahan basah. Alhamdulillah saya banyak bertemu dengan komunitas yang peduli lahan basah dan banyak melakukan aksi tanam rumbai, mangrove, dan kegiatan lain untuk memproteksi lahan basah dari proses eliminasi. Pada beliau-beliau ini kita perlu berterima kasih, dan mendukung baik informal, formal, spiritual, dan finansial. Donasi ke aktivis melalui ragamyayasan yang tervalidasi oleh pemerintah adalah ibadah yang nyata di jaman akhir dunia ini. 

Meski agak terlambat, namun masih di bulan yang sama bahwa kita perlu lebih peduli terhadap lahan basah kit. Dari sisi historis, tanggal 2 Februari diperingati sebagai Hari Lahan Basah Sedunia.

Peringatan yang melibatkan banyak aktivis lingkungan ini sebagai tindak lanjut kesepakatan dalam Konvensi Ramsar, suatu Konvensi Internasional tentang lahan basah tanggal 2 Februari 1971.

"Wetlands for a Sustainable Urban Future" adalah tema peringatan yang berkelanjutan degan semangat penyelamatan lahan basah, rawa-rwa, hutan mangrove, untuk lingkungan hidup yang lebih aman, nyaman, selamat, dan seimbang.

Konvensi pada awalnya fokus pada masalah burung air yang sering hilir mudik lintas benua, karena mengejar ketersediaan pakan di air dan menyesuaikan dengan musim di negara asal. Jika sumber pakan mulai berkurang karena perubahan musim, maka burung akan bermigrasi ke lintas benua.  Maka, penyelamatan burung air termasuk burung air migran, lalu berkembang kepada konservasi ekosistem lahan basah termasuk keanekaragaman hayati di dalamnya.

Bahkan saat ini lebih bermulti fokus karena kenyataannya lahan basah menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.  Melihat kenyataan tersebut, banyak aktivis dan pemerintah yang peduli lingkungan, menyimpulkan bahwa lahan basah adalah penyangga kehidupan. .

Lahan basah dari sisi pengertian, sebagaimana disebutkan  menurut Konvensi Ramsar merupakan definisi yang luas, yaitu "Daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan: alami atau buatan; tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir, tawar, payau atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air surut".

Jawa sudah mengering airnya, kecuali Ciliwung atau bantaran sungai di Semarang dan DKI Jakarta, sehingga perlu proteksi lahan basah lain yang masih eksis terutama di lahan basah Kalimantan.

Saya pernah berinteraksi aktif dengan para aktivis pecinta lingkungan, misalnya Pak Fery Lens yang juga anggota Sahabat Bekantan Indonesia di Banjarmasin dan dikenal sebagai Founder at Pusat Studi & Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia. Pak Fery ini selain aktif di Pusat studi tersebut, juga seorang fotografer andalan yang mendokumentasi banyak aksi proteksi lahan basah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline