Lihat ke Halaman Asli

Nugroho Endepe

Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Dinar, Dirham, Emas Batangan, dan Saham, Pilihlah...

Diperbarui: 30 Januari 2021   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naik turun saham masih menarik bagi awam (Foto: tribunnews.com) 

Menentukan investasi di masa pandemi, bisa mudah bisa sulit. Mudah bagi yang sudah terlatih. Dan tentu saja ada uangnya. Sulit, jika uangnya terbatas, dan dipenuhi kekhawatiran resesi, inflasi, dan ketidakpastian lainnya.

Di kawasan Depok, Jawa Barat, sebagian orang sudah mulai bertransaksi menggunakan dinar dan dirham. Jika ini meluas, maka pemerintah sudah seharusnya melakukan pembinaan dan pengawasan, karena sama halnya itu membiarkan mata uang rupiah tidak menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Namun, jika itu dianggap baik, bukan tidak mungkin akan terjadi konversi mata uang dari uang kertas ke emas dan perak, yang diwakili dengan keping-keping dinar dan dirham. Saat ini, dinar dan dirham sudah dipasarkan meluas di online, dan semakin banyak yang berminat dengan alasan investasi. 

PT ANTAM bahkan juga ikut memproduksi dirham  dan dinar ini dengan memasarkan secara masif di web (sila dicek di : https://www.logammulia.com/id/product-list/koin-dinar-dan-dirham). 

Dengan limbungnya ekonomi dunia, pandemi yang belum jelas kapan berhenti, dan transaksi jual beli konvensional yang semakin tidak mudah, maka banyak awam yang membelokkan dananya ke pembelian dinar dan dirham. Apalagi warta wakaf uang untuk negara, semakin banyak awam yang memandang ada apa-apa dengan ekonomi nasional kita. Maka, uang milik dibelikan "mata uang baru", yakni dinar dan dirham.

Sebagai contoh di Depok, harga brownies dibeli atau ditukar dengan setengah dirham, 6 buah roti seharga 1 dirham. Sebagian orang menganggap ini adalah tukar tambah saja, seperti sebuah toko exchange atau money changer. Namun situasinya bisa lebih serius dari itu. Semua harga di pasar muamalah tersebut, dilaksanakan dengan dinar dan dirham. 

Mirip dengan trend bitcoin, bukan tidak mungkin dinar dan dirham akan booming yang juga berisiko mega inflasi atau hiperinflasi. Ini perlu diantisipasi regulator keuangan negeri ini. Teorinya bagaimana, ahli ahli ekonomi lebih tahu tentang ini. 

EMAS ATAU SAHAM?

Tentang saham, awam masih melihat fluktuasi pasar cenderung mengkhawatirkan. Seperti kabar masuknya Grup Temasek Singapura ke PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), pengelola Hypermart milik Grup Lippo, yang dengan secepat kilat membuat harga saham MPPA melesat pada perdagangan Jumat (29/1/2021), dengan revolusi harga yang tadinya sempat di bawah 100 rupiah per lembarnya, lantas melejit di atas 100 rupiah per lembarnya. Berdasarkan data  BEI, saham MPPA yang sempat terjun bebas ke level Rp 86/saham,  hari jumat tersbeut  melesat 27,91% di level Rp 110/saham. 

Dalam hal ini, saham MPPA yang ditransaksikan mencapai Rp 14,91 miliar dan volume perdagangan 132,76 juta saham. Hitungan analis saham, dalam sepekan saham MPPA mencapai kenaikan 13,40% dan dalam sebulan terakhir naik tipis 3,81%. 

Namun, booming ini apakah bersifat permanen atau temporary? Ya pasti temporary, seperti prinsip dalam investasi; high return, high risk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline