Lihat ke Halaman Asli

Tren-tren Menarik di Data Pandemi Covid-19 Indonesia

Diperbarui: 27 Juli 2021   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: NadiData.net

Pandemi virus COVID-19 di Indonesia sudah berjalan lebih dari setahun. Vaksinasi, protokol kesehatan, dan usaha lain terus dilakukan, tetapi ujung dari pandemi belum nampak. Selama pandemi berjalan, data dikumpulkan dan disampaikan ke publik untuk membantu kita memahami situasi pandemi kita.

Pemerintah Indonesia setiap hari mempublikasikan data jumlah kasus positif, jumlah kesembuhan, jumlah kematian terkait COVID-19. Data ini kemudian dikumpulkan dan diolah oleh tim sukarelawan KawalCovid

Data lain terkait COVID-19 juga dikeluarkan oleh Google. Google sebagai raksasa teknologi informasi mempublikasikan data harian mobilitas masyarakat dunia. Seperti kita ketahui, penyebaran COVID-19 sangat dipengaruhi oleh mobilitas masyarakat.

Kami melakukan pemrosesan lebih lanjut terhadap data dari pemerintah Indonesia (yang dikumpulkan oleh KawalCovid) dan Google. Hasilnya adalah visualisasi data kondisi pandemi COVID-19 Indonesia

Dari visualisasi tersebut ditemukan tren-tren menarik, yang dapat dilihat pada grafik berikut. Grafik ini adalah gabungan variabel-variabel penting terkait pandemi yang disamakan skalanya (distandarisasi) memakai rumus Google Sheets. 

Data yang dimasukkan ke dalam grafik ini adalah data sampai tanggal 22 Juli 2021 (menyesuaikan dengan ketersediaan data mobilitas Google).

Sumber: NadiData.net

Seperti yang kami tulis di tulisan sebelumnya, kita sedang berada di puncak lonjakan kasus positif harian. Di awal tahun 2021 terjadi puncak lonjakan kasus pertama yang berlangsung dari akhir November 2021, mencapai puncaknya di akhir Januari 2021, dan surut di awal Maret 2021. 

Puncak lonjakan kasus yang kita alami sekarang di bulan Juli 2021 tingginya sekitar 3 kali tinggi puncak pandemi pertama. Dan lonjakan kasus sekarang jauh lebih curam dari lonjakan di akhir tahun 2020. Penyebab fenomena ini kemungkinan besar adalah virus COVID-19 varian delta yang tingkat penularannya lebih tinggi.

Sumber: NadiData.net

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline