Lelaki itu melihat ke lamgit yang gelap. Ia mendengar dan melihat tangisan Matahari yang akhir-akhir ini tak mampu membagikan sinarnya bagi keceriaan insani Selalu awan dan mendung gelap menyelimuti.
Ya lalu tangisan itu turun menjadi hujan tiada henti. Sebenarnya itu rahmat bagi petani yang menanti-nanti sepanjang hari. Tapi kini hujan dimaknai bencana alami. Kedatangannya tak lagi dinanti tapi justru menimbulkan anti. Bukan karena hujan bencana itu datang tanpa henti. Tapi akibat ulah insani. Penggundulan hutan, pembangunan hutan beton kota, ataupun alih fungsi lahan konservasi.
Melihat hal ini tangisan matahari semakin menjadi-jadi. Lelaki itu tak mampu membuatnya berhenti. Ia hanya bisa menulis puisi tuk mengingatkan sesama dan diri sendiri akan pentingnya alam yang lestari.