Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tangisan Matahari

24 Februari 2021   19:28 Diperbarui: 24 Februari 2021   19:38 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matahari tertutup awan (sumber gambar: id.pinterest.com/R9ckie chils )

Lelaki itu melihat ke lamgit yang gelap. Ia mendengar dan melihat tangisan Matahari yang akhir-akhir ini tak mampu membagikan sinarnya bagi keceriaan insani Selalu awan dan mendung gelap menyelimuti.

Ya lalu tangisan itu turun menjadi hujan tiada henti. Sebenarnya itu rahmat bagi petani yang menanti-nanti sepanjang hari. Tapi kini hujan dimaknai bencana alami. Kedatangannya tak lagi dinanti tapi justru menimbulkan anti. Bukan karena hujan bencana itu datang tanpa henti. Tapi akibat ulah insani. Penggundulan hutan, pembangunan hutan beton kota, ataupun alih fungsi lahan konservasi.

Melihat hal ini tangisan matahari semakin menjadi-jadi. Lelaki itu tak mampu membuatnya berhenti. Ia hanya bisa menulis puisi tuk mengingatkan sesama dan diri sendiri akan pentingnya alam yang lestari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun