Lihat ke Halaman Asli

[Miss You] Kedatangan Nyonya Lily

Diperbarui: 22 Oktober 2018   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pixabay

Aku terbangun dengan kepala yang serasa dihantam gada. Pening. Kunang-kunang mengitari cermin dan jendela yang terasa asing.

Sudah lama aku tidak mengalami mimpi yang mengerikan. Bahkan kali ini, terasa begitu nyata dan mendebarkan.

Dengan ingatan samar, aku mengeja satu per satu komposisi mimpi semalam. Balairung megah, bau anyir yang menguar, kudapan daging para pria hidung belang, dan para perempuan.

Yang masih dapat terproyeksikan begitu jelas, di tengah-tengah perjamuan, seorang puan amat lantang membacakan kidung perih dengan suara serak bernada tinggi yang menyayat perasaan.

Kita, rahim yang bebas melepas kenangan dari anak-anak yang begitu cepat beranjak besar. Tidak ada laki-laki, selain dungu-dungu yang menggoyangkan ekornya setiap kali mendapat lirikan dari perempuan iblis yang punya nama seperti bunga.

Kita bukan lagi hamba dari sumur tua, nasi basi, wewangian, dan kopi yang sudah dingin. Karena perkara cinta, sudah remuk dalam kepompong yang kauinjak tanpa mau mengaku dosa.

Aku terentak. Kidung itu rasanya begitu menggaung. Suara yang akrab, dan telah lama aku kenali.

Apakah kegilaan malam tadi, benar-benar terjadi?

***

Mendung. Gelegar petir. Awal hari yang getir.

"Selamat pagi, Nyonya." Aku tersenyum pada Nyonya yang tampak lebih pucat dari biasa, sembari menata sarapan di atas meja tepi kamarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline