Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Pembelajaran dari Lintasan Lari, Minggir Tanpa Tersingkir

Diperbarui: 23 Januari 2019   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lintasan di Stadion Kridangga berlatar Merbabu (dok pri)

Kala rembang petang, darma belum usai, hanya berganti peran. Minggir bukanlah akhir. Mari minggir tanpa rasa tersingkir. Secuil pembelajaran dari lintasan.

"Ibu, biar nyaman silakan menggunakan lintasan 3 atau 4 nggih" sapa seorang pelatih lari dengan sopan. Salah satu episode pagi di stadion Kridangga berlatar Merbabu. Ooh puluhan meter di belakang saya melaju beberapa pelari sprint yang tengah menajamkan kecepatan di lintasan 1. Lintasan terdalam di stadion. Lintasan sebelahnya nampak tim jalan super cepat.

Segera tanggap, sayapun memilih lintasan terluar yang kebanyakan berisi pejalan kaki dari santai hingga setengah bergegas. Saatnya minggir. Minggir tanpa rasa tersingkir. Bahkan dapat menikmati dinamika pengguna lintasan.

Keseharian kita mirip menikmati lintasan di stadion. Semua melangkah maju dari titik start lalu menuju finish yang menjadi start bagi putaran berikutnya. Ada yang melaju dengan sangat cepat. Memutar lima kali saat yang lain baru sekali dengan jarak per putaran yang sama. Beberapa butir pembelajaran dari lintasan, saat kita minggir tanpa rasa tersingkir:

1. Pelajaran awal, saat memasuki lintasan kebersamaan, mari silakan mengamati situasi sejenak. Memilih lintasan sesuai karakter dan kemampuan diri agar kenyamanan bersama mencapai tujuan tercapai.

Terbayang bila saya pejalan santai tetap berada di lintasan 1 pastinya akan membahayakan diri sendiri. Bisa tertabrak ataupun menghambat sesama pengguna lintasan 1. Masing-masing pengguna melintas dengan was-was. Begitupun dalam mengarungi lintasan keseharian. Saat banyak pihak lupa menakar kapasitas dan tetap bersikukuh di lintasan  cepat. Betapa adu tabrak kepentingan dapat terjadi. Yang dilewati merasa tersinggung, sebaliknya yang terhambat melintas sempat menggerutu. Energi negatif menguar ke sekitar.

2. Berada di pinggir memberikan kesempatan kita menjadi penikmat. Sambil menikmati kayuh kaki santai di jalur terluar, membuat saya sempat menikmati aneka ritme dinamika lintasan. Wush...wush...laju derap pelari sprint.

Terdapat pelari sprint dalam keseharian. Tenaga super, kecepatan gerak dengan dukungan tanpa hambatan. Beberapa tokoh sejarah adalah pelari sprint kehidupan. Jejak pikirannya baru dapat dipahami saat sang pelari sudah melaju sekian ribu langkah di depan kita pada umumnya.

3. Ada pula pelari dalam tim entah keluarga ataupun teman satu grup. Salah satu berada di depan mengatur kecepatan dan anggota mengikutinya seraya menyeimbangkannya. Bila salah satu anggota melambat, sang pemandu bergeser ke belakang menemaninya dan menyemangatinya. Menyerahkan posisi komando kepada anggota lain.

Terjadi transfer pola asah, asih, asuh mengikuti ajaran ing ngarsa sung tuladha, ing madya mbangun karsa dan tut wuri handayani. Harmoni dan kebersamaan menjadi pola utamanya. Saling legawa wujud sifat perwira.

4. Ada yang lari secara tandem pasangan dengan kecepatan yang 'babag' atau seimbang. Layaknya koalisi yang saling mendukung, berbagi peran dan beban secara sebanding. Tiada ruang untuk saling menyalahkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline