Lihat ke Halaman Asli

novy khayra

Aspire to inspire

Psikosomatis Covid-19: Melindungi Kesehatan Mental Tak Kalah Pentingnya dengan Physical Distancing

Diperbarui: 26 Maret 2020   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pagi ini saya mendapat kabar dari salah se orang teman saya masuk IGD. Setelah diperiksa dokter menyatakan bahwa dia menderita gejala asam lambung bukan Covid 19. Namun, jika diusut penyebabnya adalah Covid 19. 

Kenapa bisa demikian? Dia paling rajin dan rutin meng-update berita perkembangan terkini virus yang sedang mewabah di dunia saat ini. Akibatnya terlalu paranoid, khawatir jika dirinya tertular dimana istilah disebut psikosomatis. Atau stress berlebihan sehingga menyebabkan asam lambung meningkat. 

Perasaan terlalu menjiwai suatu hal sehingga berdampak respon fisik. Timbullah demam, mual dan pusing yang membuat dirinya mencurigai tertular covid-19 sehingga langsung minta dirujuk ke IGD. 

Syukurnya hanyalah kepanikan dia semata. Meskipun harus ditodong oleh dokter biaya yang tidak murah karena katanya BPJS yang dimiliki tidak dapat digunakan padahal dia PNS sama hal nya dengan saya. Saya paham kenapa rumah sakit demikian. Karena menurut teman saya yang lain yang bekerja di manajemen mengatakan bahwa BPJS masih punya tagihan di rumah sakit dia bekerja sebanyak 15 milyar.

Hal yang kira-kira sama juga dialami rumah sakit lain. Itulah sebabnya walau PNS tanggungan negara sekalipun diarahkan oleh medis ke pembayaran umum.

Tentunya berbeda dengan PNS jaman dulu yang menggunakan ASKES seperti bapak saya. Dimana fasilitas kesehatan dinomorsatukan karena dari segi keuangan lancar. Maka dari pengalaman tersebut saya harapkan pemerintah tidak mengalihkan Taspen ke Jamsostek agar tidak mengalami penderitaan yang serupa dengan BPJS. 

Oke, kembali lagi pada pentingnya kesehatan mental. Saya pikir psikosomatis ini pasti banyak dialami orang lain juga sama halnya teman saya tersebut. Bahkan salah satu berita yang pernah saya baca seorang pria di Cina nekat bunuh diri hanya karena merasa dirinya tertular Covid 19. 

Padahal kalaupun tertular tidak otomatis meninggal masih banyak kemungkinan untuk bertahan hidup. Tapi karena mental putus asa dan paranoid berlebihan bunuh diri seperti ini adalah kemungkinan buruk yang bisa terjadi. 

Kemungkinan buruk lainnya adalah seperti teman saya (gang Guan psikosomatis) atau dia bisa benar-benar tertular karena secara tidak sadar menginginkannya dengan terus mengisi otaknya terhadap berita-berita negatif corona. Terlebih apabila dia hidup berada dalam lingkungan pandemi sehingga secara individual tidak memiliki pertahanan diri. Karena kondisi mental mempengaruhi kondisi fisik. Mental lemah , fisik juga akan ikut melemah. 

Untuk mengantisipasi psikosomatis Covid 19 ini, ada baiknya Individu- individu yang paranoid menghentikan akses berita tersebut untuk sementara waktu. Memfokuskan pikiran pada hal-hal yang menenangkan dan menyenangkan, menyibukkan diri dengan hobi atau pekerjaan WFH. Dan sebaiknya tidak keluar rumah agar paranoidnya tidak muncul dan bertambah. Karena selali lagi kondisi mental mempengaruhi kondisi fisik.  

Maka saran saya jangan panik. Kesehatan mental Anda juga penting. Mental yang kuat akan membuat fisik juga kuat. Meskipun corona jahat tapi tidak lebih jahat daripada pikiran negatif kita sendiri. 

Tetap Sehat, tetap selamat, dan pastikan juga tetap Waras.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline