Hingga kini, para ilmuwan belum pernah berhasil memberi label resmi untuk zat rindu. Jika dipaksakan masuk dalam tabel periodik, mungkin simbolnya Rd alias Rindunium. Dengan sifatnya yang mudah terbakar oleh kenangan, larut dalam air mata, dan sangat reaktif jika menemukan foto lama di galeri ponsel.
Secara ilmiah, tiap 100 mg rindu mengandung 30 persen kenangan, 20 persen halu, 40 persen perasaan tak jelas, dan 10 persen drama receh. Jadi, wajar saja jika gejalanya terkadang membuat dada sesak, mata berkaca-kaca, sampai perut bergejolak.
Kali ini kita akan mengupas rindu secara umum. Bisa rindu pada kekasih, pada si mantan, rindu pada orang tua, pada anak-anak, pada sahabat, serta pada siapa pun dan apa pun itu yang bisa dirindukan.
Apa yang dimaksud dengan rindu? Otak memiliki bagian yang bernama hippocampus, yang bertugas menyimpan kenangan. Jika kenangan itu manis, misalnya sering boncengan naik motor, makan laksa berdua, atau sekadar saling memandang -- otak akan menandainya sebagai sesuatu yang penting. Begitu sesuatu itu hilang, atau sosok itu hilang, maka muncullah rasa hampa. Dan itulah yang dimaksud dengan rindu.
Kenapa rindu bisa datang tiba-tiba?
Pertama, karena jarak dan waktu. Pisah sebentar saja bisa membuat ingatan semakin kuat. Itulah alasan kenapa anak kos sering rindu pada masakan rumah. Padahal, waktu masih di rumah, setiap disuruh makan jawabannya pasti "nanti dulu".
Kedua, karena ikatan emosional. Saat kehilangan kontak dengan seseorang atau hal yang berarti, otak akan melepaskan hormon stres. Maka efek sampingnya adalah galau. Dan galau bisa sangat berbahaya, jika kita tidak bisa mengubahnya menjadi kekuatan.
Ketiga, karena kenangan sensorik. Wangi parfum, rasa kopi, atau suara hujan, semua itu sangat mungkin menjadi pemicu rindu. Bahkan ada yang langsung baper ketika tak sengaja mendengar lagu melow, padahal sedang antre di warung sembako.
Apakah rindu menyakitkan? Tentu. Karena ia lahir dari sesuatu yang pernah dekat tapi kini telah menjauh atau bahkan menghilang, dari momen yang ingin diulang tapi tak bisa, dari hati yang berharap meski logika sudah sangat menentang.
Lalu, bagaimana cara mengobati rindu?
1. Berdamai dengan kenyataan. Kalau dia yang dirindu masih ada, mungkin ada harapan untuk bertemu sekadar melepas rindu. Tapi jika tak ada kesempatan lagi, bahkan dia yang dirindu sudah berpulang, maka obatnya bukanlah pertemuan. Peluklah dia dengan doa, agar menjadi pengingat bahwa sesungguhnya rasa sayang itu tak pernah benar-benar hilang.
2. Salurkan rindu pada hal yang lebih produktif. Misalnya menulis diary, membuat puisi, atau memasak sesuatu yang spesial untuk dimakan sendiri. Rindu yang ditulis bisa menjadi karya, sementara rindu yang dimasak bisa membuat kenyang.