Lihat ke Halaman Asli

Nova Enggar Fajarianto

anak muda yang akan terus belajar

Renungan Diri

Diperbarui: 30 April 2020   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam pagi yang tenang, terdengar lirih percakapan antara hawa nafsu (N) dan hatiku (H)

"Kita masih banyak gak bersyukurnya daripada menerima segala nikmatNYA"

Bilangnya bosen makan di rumah, ini terus, itu terus

H       :Hei kamu masih bisa makan, di luar sana banyak yang kelaparan

N       :Ya tapi kan aku bosen, makannya itu terus. Pengennya ke mall

H       :Lihat, Bapak-bapak yang sedang duduk di pinggir jalan itu, cuma pengen makan tapi susah banget. Gak ada duit.  Dia kelaparan. Kamu punya duit banyak, bisa makan lumayan enak, masih ngeluh pengen ke mall. Di mana letak belas kasihmu, di mana hatimu. 

Bosen di rumah, pengen jalan-jalan ke luar negeri lagi

H      :Kamu sombong, suka pamer ke instagram. Rindu jalan-jalan luar negeri. Situasi kayak gini masih bisa mengeluh gak bisa jalan-jalan?. Kamu gak tau, di luar sana banyak yang susah cari pekerjaan, susah cari penghasilan. Otomatis buat menghidupi kebutuhan sehari-sehari juga susah. Masih untung kamu sehat walafiat, berkecukupan, penghasilan ada terus. Gitu masih ngeluh, di mana hatimu.

N       :Namanya juga manusia, banyak keinginan dong, wajar!

H       :Terus saja mengiyakan ajakan dunia yang fana. Angkuh, gak peduli sama orang lain

Oiya benar juga, kita masih banyak gak bersyukurnya daripada mensyukuri apa yang kita punya. Kita terlalu sibuk mencari apa yang belum ada pada diri kita, daripada memelihara apa yang kita punya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline