Lihat ke Halaman Asli

Nova Enggar Fajarianto

anak muda yang akan terus belajar

Menyoal Limbah Sampah Plastik dan Perlunya Doktrin Kesadaran Masyarakat

Diperbarui: 4 November 2019   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sarimin penjual warung makan yang punya konsep unik bayar pakai plastik di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Minggu (3/11/2019)(KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA)

Indonesia adalah salah satu negara yang terbilang darurat sampah. Lihatlah lingkungan di sekitar kita yang tak luput dari sampah berserakan. Dari sampah putung rokok yang dibuang sembarangan oleh penghisapnya, sampah plastik botol minuman yang dibuang dari dalam mobil ke jalanan, sampai dengan karung sampah rumah tangga yang dibuang di sungai. 

Sampah bukan salah negara, tapi salah kita semua. Kita sering mengeluhkan banjir, tapi tak sadar sebenarnya siapa yang menyebabkan banjir. Kita sering mengeluhkan pemerintah yang tak becus mengatasi lingkungan. 

Lihat dulu, siapa sebenarnya yang tak becus merawat lingkungan. Tampak tak elok menyalahkan orang lain sebelum kita menginstropeksi diri kita sendiri. Kemarin saya sempat melihat berita sampah yang menggunung di aliran sungai daerah Teluk Jambe, Karawang. 

Diberitakan bahwa pemerintah tak kunjung membersihkan sungai, warga sekitar membakar sampah tersebut. Dengan harapan sampahnya hilang dan tak membekas. 

Namun nyatanya, tetap saja sampah itu masih ada dan menggunung di sungai. Justru membuat kesan kotor karena meninggalkan jejak warna hitam bekas bakaran di antara tumpukan sampah. 

Apa iya kita terus-terusan menunggu bantuan pemerintah? Apa iya kita terus-terusan menyalahkan pemerintah, padahal kita semua yang menyebabkan sampah itu menggunung?

Bukan saya membela pemerintah, tapi saya ingin mengajak masyarakat untuk menginstropeksi diri bahwa siapa yang sebenarnya bertanggung jawab dengan semua ini. 

Memang benar ya apa kata pepatah, gajah di pelupuk mata tak tampak, tapi kuman di seberang lautan tampak begitu nyata di mata kita. Kesalahan orang lain diungkit-diungkit, sedangkan kita jarang melihat diri sendiri seperti apa. 

Jika sudah begini, kita perlu mawas diri untuk mencari solusi atas apa yang kita perbuat terhadap lingkungan. Manusia yang hebat adalah manusia yang mengakui kesalahannya dan siap bertanggung jawab memperbaikinya. 

Saya bukan manusia yang hebat, saya pernah salah dan membuang sampah sembarangan. Sampai akhirnya sadar, bahwa diri kita sendiri yang salah sehingga menyebabkan lingkungan kita penuh dengan sampah. 

Tugas kita sekarang adalah berbenah membantu pemerintah untuk menangani sampah yang membuat lingkungan kita tak ramah. Biarkan pemerintah bekerja tanpa harus kita salahkan. Apa yang dilakukannya pasti untuk kebaikan kita, yang mungkin dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline