Lihat ke Halaman Asli

Yunita Kristanti Nur Indarsih

TERVERIFIKASI

... n i t a ...

4 Upaya Jaga Kesehatan Mental Keluarga

Diperbarui: 20 Mei 2022   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjaga kesehatan mental keluarga (Sumber: pexels)

Pandemi bisa jadi banyak memberikan warna-warni di tahun-tahun ini. Banyak individu, korporasi, bahkan negara juga kewalahan hadapi hal ini. 

Lini pendidikan, ekonomi, sosial, hingga relasi terdampak. Seperti drama yang saya alami, malam tadi. 

Nampaknya saya cukup yakin menyeret pandemi sebagai alasan episode drama yang semalam terjadi.

Lampu notifikasi smartphone saya menyala dengan warna khasnya yang saya hafal betul medsos mana yang memberi info pesan. 

Pelan-pelan saya buka. Mulai membaca rangkaian-rangkaian kalimat-kalimat menegangkan dari seorang siswa, "Bu Nita, aku tu kenapa? Aku depresi atau apa, sih?"😓

Seorang pelajar SMA yang akan masuk masa-masa kuliah di tahun kerbau logam ini sudah menjadi klien konseling saya beberapa waktu terakhir. 

Seorang laki-laki ganteng, populer di sekolah, wajah dan gaya rambut ala opa-opa Korea sedang memberi isyarat pada saya dari pesan singkat itu.

Berselang 7 menit setelah itu, saya menghubunginya melalui sambungan telepon memberikan sedikit penguatan dan sugesti karena setelah pesan pertama saya terima, pesan kedua muncul dengan tulisan yang membuat detak jantung saya makin 'berdisko'. Parang dibawa-bawa dalam kisah emosinya saat itu!

Pesan lain masuk di menit ke 12. Pesan dari seorang ibu cantik yang kelihatannya menuliskan dengan banyak perasaan galau yang campur aduk karena habis bersitegang dengan anak laki-lakinya.

Menit ke 30, saya merangkum apa, siapa, mengapa, bagaimana hal itu terjadi. Lagi-lagi pemicunya menuduh 'kelelahan' mental akibat sumpek akut di rumah ditambah core pemicu masalah-masalah sebelumnya, peran dan fungsi komunikasi yang bias antara ortu dan anak.

Maafkan saya, pandemi, karena jika siswaku ini tidak dibatasi untuk mencari alternatif hiburan di luar rumahnya, bersosialisasi dengan teman-temannya untuk mencurahkan isi hati yang terpaksa terhenti setelah beberapa lama, mungkin timbunan-timbunan sampah mentalnya tidak meledak di rumah hingga menyertakan parang untuk menyerang Ibu cantiknya itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline