Lihat ke Halaman Asli

Khairunisa Maslichul

TERVERIFIKASI

Profesional

3 Cara Penting Menghindari Panic Buying

Diperbarui: 7 Juli 2021   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang pembelanja berjalan melewati rak-rak makanan kosong di tengah pandemi coronavirus COVID-19 yang baru, di Manchester, Inggris utara pada 20 Maret 2020. (AFP/Oli SCARFF)


Anda pecinta minuman susu cair? Jika ya, bersiaplah menghadapi kelangkaan jenama/brand susu cair tertentu (dalam kemasan kaleng) di pasaran mulai bulan Juli ini.

Kombinasi meledaknya kasus Covid-19 sejak awal Juni 2021 dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai 3-20 Juli ini membuat banyak orang semakin khawatir. Mereka pun lalu memburu sejumlah produk kesehatan untuk imunitas tubuh.

Selain susu berlogo hewan 'sultan' itu, obat cacing, vitamin C, dan kelapa hijau kini juga laris diborong warga. Tak heran, ketiga barang tersebut harganya melambung sesuai hukum ekonomi yaitu "harga barang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah permintaan yang terjadi."

Fenomena panic buying (pembelian yang didasari kepanikan) ini bukanlah hal yang aneh dan baru.

Inilah salah satu respon manusia dalam menghadapi krisis yang dihadapi yaitu dengan cara fight (melawan) atau flight (menghindar).

Meskipun begitu, panic buying tidak lantas bisa dibiarkan begitu saja. Kita pasti masih ingat terjadinya panic buying untuk menumpuk masker di rumah masing-masing di awal terjadinya pandemi pada Maret 2020 lalu.

Harga masker pun jadi tak masuk akal dan gila-gilaan karena panic buying yang terjadi setahun lalu. Syukurlah, intervensi dan sanksi dari aparat resmi dapat membuat harga masker bisa normal kembali di pasaran.

Nah, belajar dari pengalaman panic buying untuk produk masker tahun lalu, masyarakat pun idealnya bisa tak terjebak lagi kali ini. Maka inilah 3 (tiga) cara penting untuk menghindari panic buying yang bisa kita lakukan.

1. Ketahui Pasti Kondisi Pribadi

Jika kita bukan pelaku isoman (isolasi mandiri) atau sedang menjalani pemulihan setelah sakit, susu cair murni tidak kita perlukan untuk konsumsi sehari-hari. Bagi orang sehat, susu lainnya sudah cukup sehat untuk diminum kok.

Tak dapat dipungkiri, maraknya informasi negatif seputar Covid-19 membuat masyarakat lantas memborong sejumlah barang yang (diklaim) dapat menyehatkan tubuh mereka. 

Menurut teori Ekonomi Perilaku (Behavioural Economics), efek berupa "jika orang lain membeli, maka kita pun harus membelinya" dikenal sebagai Demonstration Effect.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline