Lihat ke Halaman Asli

Khairunisa Maslichul

TERVERIFIKASI

Profesional

Cermati 6 Pertanyaan Ini Sebelum Beralih Profesi

Diperbarui: 23 Desember 2018   18:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2019, berminatkah Anda untuk alih profesi? (www.inc.com)

Tahun 2018 hanya tersisa 10 hari lagi. Apa resolusi Anda di tahun 2019? Tahun baru identik dengan resolusi. Selain hidup sehat dan menabung (lebih) rutin, berganti profesi termasuk resolusi yang diminati saat pergantian tahun berlangsung. 

Polling YouGov di akhir tahun 2017 mendapati sebanyak orang 14% di Amerika Serikat menjadikan ganti profesi atau pekerjaan baru sebagai resolusi tahun 2018. Era ekonomi digital membuat profesi kaum milenial (usia 20 sampai 30-an) lebih fleksibel.

Saat generasi sebelum milenial bisa menekuni satu profesi pada satu perusahaan hingga pensiun, generasi milenial acapkali dipandang sebagai kutu loncat (job hopping) di dunia kerja. Para kutu loncat ini berpindah kerja dalam 1-2 tahun.

Job hoppers umumnya terdiri atas dua kategori. Ada kutu loncat yang berganti-ganti perusahaan dengan posisi dan bidang kerja yang sama. Tak sedikit pula, kutu loncat yang tidak hanya pindah kantor, namun juga berganti bidang atau profesi kerja.

Lalu, apakah kutu loncat itu menguntungkan atau merugikan? Bagaimanakah cara agar berganti profesi itu tak hanya karena (emosi) ingin naik gaji? 6 hal ini patut dicermati jika kita ingin berganti profesi di tahun baru nanti. 

Sebelum berganti profesi, ketahui dulu manfaat dan resikonya (www.sciencemag.org)

Adakah keterampilan dan ilmu baru yang didapat dengan berganti profesi?
Saat jawabannya "Ya", berarti kita telah yakin dengan profesi baru. Misalnya, seorang akuntan yang memutuskan untuk memulai bisnis kue kering sesuai hobinya selama ini. Keterampilan masak-memasak jelas berbeda dengan ilmu ekonomi.

Namun, hal ini tidak berarti kita melupakan keterampilan dan ilmu dari profesi sebelumnya. Bisnis apapun, termasuk kue kering, memerlukan keahlian dalam pengaturan keuangan. Maka, profesi lama sebagai akuntan tentunya sangat membantu.

Patut diingat pula, ilmu dan keahlian pada profesi baru itu juga selaras dengan minat (passion) dan kemampuan kita. Ketika dihadapkan dengan tantangan maupun kesulitan, kita tetap bersemangat untuk mempelajari ilmu dari profesi baru tersebut.

Apakah profesi baru sesuai dengan tahapan kehidupan kita?
Ketika masih lajang, berganti profesi (relatif) lebih mudah dijalani. Contohnya, staf full-time di kantor yang lalu berganti menjadi pekerja lepas di bidang ekonomi kreatif (blogger, vlogger). Semula memiliki gaji tetap lalu penghasilan sesuai pesanan.

Bisa pula dari seorang ibu yang tadinya berbisnis catering dari rumah, lalu menjadi food blogger sehingga harus sering pergi meliput. Idealnya, anggota keluarga diberikan pemahaman terlebih dahulu tentang profesi baru untuk menghindari konflik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline