Lihat ke Halaman Asli

Khairunisa Maslichul

TERVERIFIKASI

Profesional

Produk Promo, Dibeli atau Dihindari?

Diperbarui: 26 April 2016   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kumpulan istilah marketing dan sales atau pemasaran dan penjualan di atas sering digunakan produsen saat menawarkan produk promo (Sumber Ilustrasi 1)

Kata “promo” memang menjadi magnet tersendiri untuk menarik konsumen. Pantaslah produsen berulang kali mengoptimalkan kekuatan istilah “promo”. Frekuensi penjualan produk promo juga semakin meningkat di saat momen-momen tertentu, misalnya ketika hari raya dan liburan sekolah.

Bagi produsen, produk promo secara garis besar memiliki dua tujuan yaitu pertama untuk mengenalkan produk baru –bisa barang atau jasa– kepada konsumen dan kedua untuk menghabiskan stok barang lama, terutama di akhir tahun. Intinya produk promo memang berfungsi untuk menaikkan tingkat penjualan suatu barang atau jasa.

Konsumen bisa diuntungkan sekaligus dirugikan dengan adanya produk promo. Sudah menjadi rahasia umum, produk promo dicari karena harganya yang (relatif) miring. Tambahan pula, kuantitas atau jumlah produk promo juga terbatas sehingga konsumen merasa sayang jika sampai melewatkan produk promo.

Produk promo jelas tidak ditawarkan produsen setiap saat. Ketika produk promo menjadi sarana promosi produk baru (product launching), maka produsen lebih menonjolkan sisi eksklusivitas waktu. Seiring berjalannya waktu, ketika masyarakat sudah mengetahui keberadaan barang atau jasa tersebut dan penjualan terus bertambah, maka penjualan produk promo tersebut akan dikurangi sedikit demi sedikit atau bahkan dihentikan.

Masyarakat Indonesia –khususnya Jabodetabek– pasti masih ingat saat suatu jasa transportasi berbasis aplikasi online tertentu yang bekerjasama dengan para supir ojek ketika memberlakukan tarif harga sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) untuk maksimal jarak tempuh sejauh 25 Km di awal kemunculannya sekitar akhir tahun 2014.

Lalu, tahun 2015, tarifnya menjadi Rp 15.000,- (lima belas ribu rupiah) untuk 25 Km pertama. Kini, di tahun 2016, tarif Rp 15.000,- berlaku untuk 15 Km pertama. Pengalaman tersebut kemarin saya alami langsung saat hendak menuju Central Park Mall yang berada di Tomang Grogol Jakarta Barat dari Stasiun Manggarai di Jakarta Selatan yang berjarak 10 Km.

Awalnya saya sempat berpikir untuk tetap menggunakan busway. Namun, berhubung gangguan sinyal KRL sepanjang Stasiun Pasar Minggu hingga Manggarai memakan waktu hingga satu setengah jam, maka pilihan untuk menaiki busway saya alihkan ke moda transportasi ojek online demi mengejar waktu. Secara nominal rupiah, tentu saja membayar ojek online lebih mahal daripada menaiki busway karena hingga 4x lipat (Rp 15.000,- Vs Rp 3.500,-) karena kini sudah tidak berlaku tarif promosi ojek online. Tetapi, secara waktu, syukur alhamdulillah saya bisa tiba tepat waktu di lokasi sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

Lalu jika para produsen ingin segera mengosongkan stok barang lama karena akan datangnya barang baru, maka bukan waktu yang menjadi titik tumpuan promosinya melainkan kelangkaan jumlah produk yang tersedia. Produsen akan bolak-balik mengingatkan para konsumen bahwa stok terbatas dan terus menginformasikan barang yang masih tersedia agar konsumen tergerak untuk segera memberinya.

Nah, apakah konsumen sebaiknya membeli atau menghindari produk promo? Berikut ini panduan yang dapat dimanfaatkan saat Anda dihadapkan dengan adanya penawaran produk promo. Selamat mencermati.

limited-offer-571f4ce6d57e61960d6c25e8.jpg

"Limited Offer" atau strategi penawaran terbatas baik secara kelangkaan waktu penawaran maupun jumlah produk yang tersedia menjadi andalan utama produsen dalam menjual produk promo (Sumber Ilustrasi 2)
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline