Lihat ke Halaman Asli

Mengulik Perkembangan Science Techno Park Tiongkok

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14236277631953618379

[caption id="attachment_396166" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi science techno park (Shutterstock)"][/caption]

Pencanangan pembangunan 100 Techno Park dan 34 Science Park oleh pemerintah merupakan angin segar bagi keberlanjutan hasil penelitian litbang. Walaupun sedikit tertatih-tatih dalam pembangunannya selama lima tahun terakhir ini, kini pelaku inovasi bisa bernafas lega. Pemerintah sekarang rupanya serius membangun Science Techno Park (STP). Berbagai pihak yang terkait, pemerintah, swasta, litbang, dan pengelola STP tengah membangun sinergi untuk pengembangan megaproyek STP ini.

STP sendiri adalah kawasan yang diperuntukkan untuk penelitian, pengembangan iptek dengan tujuan komersialisasi. Berbeda dengan industrial park yang memfokuskan pengembangan manufaktur dan business park yang mengedepankan sisi administrasi bisnis, STP lebih khusus pada inovasi dan pengembangan teknologi.

Mengingat begitu krusial perannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, tak ada salahnya jika kita berkaca pada negara-negara yang telah sukses mengembangkan STP. Menarik mengutip pernyataan Dr. Akmadi Abbas, Wakil Kepala LIPI dalam Lokakarya Nasional: Pematangan Persiapan Pelaksanaan Program Science and Technoogy Park bertempat di Auditorium Pusinov LIPI (4/2) lalu. Ia memberikan kunci keberhasilan Tiongkok dalam pengembangan STP.

Resep sukses Tiongkok menurutnya terletak pada 3 hal. Pertama intervensi langsung pemerintah melalui instrumen regulasi dan kebijakan yang berpihak terhadap pengembangan start up dan industri berbasis inovasi dalam negeri. Kedua adalah kepemimpinan yang kuat. Ministry of Research and Technology (MOST) menjadi pemeran utama dalam perencanaan dan pengembangan STP yang kemudian didukung penuh oleh aspek-aspek yang lain. Sinergi antar pihak yang terkait merupakan kunci sukses lainnya. Terakhir adalah pemberdayaan para profesional baik dari dalam dan luar negeri.

Pada awal pembangunan STP, Pemerintah Tiongkok tentu menyadari bahwa mereka juga harus belajar dari pengalaman negara lain dan yang penting meyakinkan bahwa investasi besar tersebut tidak akan berakhir sia-sia. Di titik itulah para professional berperan untuk menjamin kemungkinan trial and error yang tidak perlu.

Dalam International Seminar on S&T Policies and Management di China yang diikuti penulis pada Juni 2014, salah satu topik yang menjadi bahasan menarik adalah Lesson Learn pengembangan STP di negeri bambu tersebut. Peserta juga diberi kesempatan untuk mengunjungi Zhongguancun Science Park, salah satu STP terbesar di Tiongkok dan melakukan wawancara langsung dengan pengelola STP tersebut serta bertemu Dr. Hu Shihui, Deputy Director General, Department of High and New Technology Development and Industrialization, MOST China. Dalam pembicaraan tersebut terungkap bagaimana pemerintah memainkan kunci yang sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan STP di Tiongkok.

Reformasi Iptek hingga STP di Tiongkok
Tiongkok kini memiliki 114 STP dengan level zona teknologi tingkat tinggi. Hal tersebut tidak terlepas dari kebijakan reformasi ekonomi pemerintah pada tahun 1978 yang mendorong kemajuan restrukturisasi di bidang iptek dan integrasi antara Iptek dan ekonomi.

Lembar baru Iptek China dimulai saat pemerintah mengeluarkan keputusan untuk merestrukturisasi iptek di mana “economic development must rely on science and technology while science and technology must be geared to economic development”.

Pada tahun 1980, perusahaan S&T pertama bernama “Beijing Plasma Advanced Technology Development and Service” berdiri di area Zhongguancun. Sejak itu, bermunculan perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi seperti Jinghai, Stone, Xintong, Kehai and Lenovo di kawasan tersebut. Lebih dari 100 peneliti, industri dan perusahaan dagang berkumpul di Zhongguancun membentuk suatu koloni bernama the Zhongguancun Electronics Avenue. Pada fase ini para peneliti dan perusahaan industri bersama-sama melakukan eksplorasi dan akselarasi dalam membangun Beijing Experimental Zone for the Development of New Technology Industries.

Zhongguancun Avenue pada akhirnya menjadi awal mula percobaan untuk komersialisasi teknologi baru dan tingkat tinggi. Pada akhir 1987, laporan hasil survey merekomendasikan agar Zhongguancun Electronics Avenue dibangun menjadi SP dan mendapatkan preferential treatment yang memadai. Rekomendasi tersebut akhirnya dilaksanakan pada tahun 1988 dan Zhongguancun menjadi kawasan “ the very first high-tech zone in China”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline