Lihat ke Halaman Asli

Retno Wahyuningtyas

Phenomenologist

Pentingnya Mak-mak Kritis Sejak dalam WhatsApp Group

Diperbarui: 10 September 2018   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: CHRIS RATCLIFFE/BLOOMBERG/GETTY IMAGES

Pada suatu hari, ibu saya terkikik-kikik dan asyik sendiri dalam keadaan memegang handphone. Karena penasaran, saya menghampiri ibu dan beliau menceritakan tentang topik obrolan di WhatsApp dari sekelompok teman masa SMA. Topiknya, tentang suatu peristiwa di kantin sekolah, puluhan tahun silam.

Belakangan ketika saya cermati betul, tidak ada sisi humor yang berlebihan di dalam pesan WhatsApp Group (WAG) alumni ibu, biasa saja. Tetapi kenangannya membawa dia menembus dimensi retrospektif yang menghadirkan tindakan terkikik-kikik sendiri.

Ibu saya sehari-hari bekerja sebagai pedagang, dia memiliki jam terbang dan menu masak yang tinggi. Konon, beliau punya cita-cita dan semangat yang tinggi untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Peluang dan kesempatan berharga tidak serta merta dimiliki setiap orang, dengan ambisi yang tinggi lalu beliau melanjutkan hidup melalui berdagang dan menekuni urusan kuliner.

Karena sehari-hari bekerja di dapur untuk eksprimen dan bekerja keras untuk memasarkan dagangannya, ibu saya sama sekali tidak bersentuhan dengan android ataupun jaringan internet. Ketika ditawari pun, ibu belum terlalu berminat.

Selama ini, kalau ingin berfoto ya menumpang di handphone teman-temannya. Sementara, untuk berkomunikasi ibu cukup menggunakan handphone biasa. Baginya sudah cukup, handphone berfungsi sebagaimana mestinya: untuk telpon dan sms.

Sebagai anak, saya tidak meragukan semangat belajar dan kemampuannya yang tidak bisa diragukan sama sekali. Tetapi beliau hanya belum berkeinginan untuk berkenalan dengan apa itu gawai, media sosial, dan internet.

Media Sosial Memperkuat Silaturahmi Emak-Emak 

Tiga tahun yang lalu, setelah mengikuti reuni akbar teman-teman SMA. Selepas makan malam, dia merayu anak-anaknya untuk mengajarinya menggunakan media sosial.

Waktu itu, yang sedang hits di kalangan pertemannya adalah grup Facebook dan Blacberry Messenger, sementara WAG belum populer seperti saat ini.

Meski sedikit kaku, tidak butuh waktu lama untuk beliau belajar mengetik, membaca, dan jari-jarinya beradaptasi dengan layar sentuh.

Dahulu, jika diajarkan menggunakan layar sentuh, ibu akan keukeuh menolak dengan dalih kesulitan dan malas. Kali ini semangat silaturahminya lebih dominan dibandingkan kemalasannya yang telah lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline