Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

3 Alasan Ahok-Djarot Unggul Atas Anies-Sandi

Diperbarui: 19 April 2017   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ahok I Dok Ninoy N Karundeng

Hari ini warga DKI Jakarta memilih DKI 1. Hasil kalkulasai secara psikologi politik kampanye parallel dengan hasil yang muncul sore hari. Publik pasti penasaran melihat hasil kemenangan Ahok-Djarot. Untuk mengobati rasa penasaran itu, maka kini saatnya buka-bukaan tentang sedikit saja strategi kampanye politik Ahok. Strategi kampanye politik yang dilakukan oleh Ahok dimulai sejak pengumpulan sejuta KTP Kawan Ahok, yang pencalonannya berhasil mengecoh salah satunya Anies dijadikan calon gubernur DKI Jakarta.

Mari kita telaah 3 alasan kemenangan Ahok dengan hati gembira ria riang senang bahagia suka-cita senang menari menyanyi pesta-pora berjingkrak koprol merayakan kemenangan warga DKI Jakarta sambil menertawai FPI senantiasa selamanya.

Gambaran kampanye yang sedemikian liar sesungguhnya menjadi gambaran hasil dalam pilkada hari ini. Strategi dan trik kampanye yang sedemikian liar menyerupai pilpres 2014. Pun strategi yang dijalankan menjadi identik dengan pemain yang relative sama. Hal ini juga tentu menghasilkan hasil yang parallel. Maka sesungguhnya hasil hari ini adalah gambaran rancangan yang sudah lama berlangsung, jauh dari hari ini. Mari kita bedah 3 alasan kemenangan Ahok-Djarot hari ini.

Pertama, kasus Ahok menjadi kasus yang membuka mata warga DKI Jakarta tentang kepentingan politik. Persidangan kasus Ahok membuka mata bahwa kasus Ahok adalah pelintiran politik ala FPI yang digunakan untuk mengganjal Ahok. Itu yang menjadi kesan mereka.

Maka secara nyata dalam Pilkada putaran I, meskipun belum didukung oleh PPP, PKB, PBNU, dan GP Anshor, tetap memenangi Pilkada putaran I dengan 42%, pencapaian yang di luar dugaan banyak orang. Perkiraan survei menempatkan Ahok akan kalah telak oleh Agus dan Anies. Kemenangan Ahok pada putaran I ini terjadi lebih sebagai akibat dari polarisasi dan militansi pendukung Ahok yang berbasis partai dan berbasis etnis – yang merupakan akibat kampanye Anies yang menggunakan isu SARA.

Secara nyata kasus Ahok dan sikap FPI dan partai agama PKS gagal menjadi  terkait kasus Ahok yang menyetir sentimen keagamaan membuat masyarakat sadar akan politisasi agama. Kasus Ahok terjadi akibat kepentingan Pilkada 2017. Dan, Ahok pun selalu dijadikan musuh politik dan pribadi oleh FPI. Bahkan FPI pun pernah mengangkat Gubernur FPI tandingan untuk melawan Ahok – namun lagi-lagi tak laku. Masyarakat DKI Jakarta tidak menggubris ajakan memboikot Ahok sebagai Gubernur.

Pun ketika kalangan DPRD DKI Jakarta dengan dipimpin oleh Lulung, Muhammad Taufik, dan koruptor Muhammad Sanusi hendak menjungkalkan Ahok, FPI berdiri di garis depan dengan memimpin demonstrasi yang Muhammad Taufik dan lain-lain datang mendukung.

Kini, gerakan FPI yang anti Ahok mendapatkan momentum dengan menggandeng secara resmi parpol partai agama PKS dan partai nasionalis Gerindra. Pun kasus Ahok dipelintir dengan menggalang kesatuan bersama HTI dan FUI untuk kepentingan agenda mereka. FPI mendapatkan momentum untuk memenangi tunggangan kuda Troya-nya dengan agenda Jakarta Bersyariah.

Situasi politik seperti ini ternyata sepenuhnya disadari oleh masyarakat Jakarta dan kini kesadaran itu berbalik menjadi dukungan untuk Ahok.  Momentum paling menentukan kini berpihak pada Ahok yang disebabkan oleh kenyataan bahwa Ahok hanyalah korban kriminalisasi dan tekanan FPI – yang ternyata memiliki agenda sendiri untuk gerakan Islam radikal di Indonesia.

Nah, itulah ketiga strategi Timses Ahok. Tiga strategi kampanye tersebut adalah salah satu dari banyak aspek strategi kampanye yang dipengaruhi dan dijalankan oleh Timses Ahok untuk mengarahkan kampanye.

Kini, strategi kampanye Ahok telah menelan diri kampanye Anies. Kenyataan kesan warga pemilih di DKI Jakarta sadar akan bahaya Anies ditunggangi dan didukung FPI. Maka FPI pun menjadi identik dengan Anies. Anies adalah FPI yang memanfaatkan kalangan umat Islam untuk dipolitisasi. Pun kasus Ahok dipahami oleh warga DKI Jakarta sebagai kasus kriminalisasi dengan tujuan menyingkirkan Ahok-Djarot.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline