Lihat ke Halaman Asli

Nina Sulistiati

TERVERIFIKASI

Belajar Sepanjang Hayat

Bunga Bukit Randu

Diperbarui: 5 Maret 2021   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari tampak muram hari ini. Dia tak tampak karena bersembunyi di balik awan kelabu. Padahal jarum jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan angka 9. Wah, pasti sebentar lagi hujan akan segera turun. Aku bergegas mempercepat langkahku agar segera tiba di balai desa. Hari ini akan ada penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dari Dinas Kesehatan Kecamatan Lembur Kuring.

Tak berapa lama aku tiba di balai desa diiringi hujan deras yang turun saat aku tiba di sana. Alhamdulillah, aku terhindar dari derasnya hujan pagi itu.  Aku melihat hanya beberapa orang warga yang sudah tiba di balai desa. Petugas dari Dinas Kesehatan pun belum tampak batang hidungnya.

Aku mengambil tempat duduk di bagian belakang sejajar dengan seorang ibu. Dia belum kukenal karena aku baru satu bulan datang ke desa ini. Ya aku memang baru tiba satu bulan lalu dengan membawa SK mengajar pertamaku setelah aku lulus dari salah satu Universitas di Bandung.

"Assalamualaikum, bu guru" sapa seseorang dari sebelah belakangku. Aku segera melihat ke belakang dan memandang seorang gadis cantik, berhijab dan berpakaian muslimah yang sederhana. Gadis itu Hanifah, murid kelas 9 di sekolah  tempatku mengajar.

'Waalaikumussalam, Hani," jawabku ramah,"Ayo duduk di sampingku."

"Ibu hadir juga?' tanya Hani sambil duduk di sampingku.

"Ibu disuruh mewakili Kepala Sekolah. Beliau tidak bisa hadir karena harus pergi ke kantor Dinas Pendidikan. Kamu sendiri kok mau hadir dalam pertemuan seperti ini?" tanyaku kepada Hani.

'Hani mewakili Karang Taruna Desa Bukit Randu,Bu. Kebetulan Hani menjadi sekretaris Karang Taruna di sana,' ujar Hani menjelaskan.

"Apa? Kamu menjadi sekretaris Karang Taruna? Semuda ini? Hebat! Jarang lo ada anak muda yang mau berkecimpung di organisasi masyarakat seperti itu. Mereka maunya hanya hura-hura saja."

"Buat mengisi waktu,Bu. Sepulang sekolah Hani sering berkumpul dengan para remaja putri di sana. Bukan untuk ngerumpi tapi untuk membuat keterampilan. Ada beberapa souvenir yang sering kami buat. Hasilnya kamo pasarkan lewat medsos dan langsung ke pasar."

"Siapa yang memberikan pelatihannya, kamu?" tanyaku penasaran. Hani tampak menggelengkan kepala.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline