Lihat ke Halaman Asli

Berkenalan dengan Sentra Kerajinan Gerabah Bayat

Diperbarui: 26 April 2021   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Proses pembuatan gerabah bayat dengan menggunakan alat perbot miring, perbot miring sendiri adalah alat untuk membuat kerajinan gerabah, alat ini hanya bisa kita temui dan hanya terdapat di Klaten tepatnya di Kecamatan Bayat.

Tak seperti hari- hari sebelumnya kini matahari enggan menunjukkan sinar dengan bersembunyi dibalik awan hitam yang menyelimutinya. 

Rintikan hujan turun menyelimuti kota Klaten ketika saya berjalan di sepanjang jalan Desa Malikan, Kecamatan Bayat yang dipenuhi dengan outlet- oultet gerabah milik warga, sebagian besar warga yang tinggal di Bayat ini berprofesi sebagai pengrajin gerabah dan banyak sekali outlet- outlet gerabah yang merupakan hasil karya kerajinan dari warga bayat, rintikan hujan semakin deras yang mengharuskan saya untuk singgah ditempat yang teduh.

Berbicara tentang gerabah Bayat, banyak hal- hal menarik yang saya dapatkan saat mengunjungi sentra kerajinan gerabah di Bayat. Konon katanya asal- usul gerabah Bayat ini dulunya berasal dari Dusun Pagerjurang Klaten, pembuatan gerabah ini adanya peran dari Sunan Pandanaran yang merupakan tokoh penyebar agama di Klaten. 

Uniknya lagi gerabah di Bayat ini memiliki proses dan teknik pembuatan yang terbilang sangat berbeda dari biasanya yaitu dengan menggunakan alat pembuatan gerabah yang tidak biasa kita temui selain di Bayat yang umumnya menggunakan meja putar, namun gerabah di Bayat ini menggunakan alat  perbot miring yang terbuat dari kayu jati yang diputar dengan menekan dan mengerakan kaki agar perbot dapat berputar. 

Adanya perbot miring ini karena dulunya banyak wanita yang membuat gerabah dengan menggunakan pakaian tradisional kebaya dan jarik untuk menjaga etika dan kesopanan para wanita jaman dahulu maka diciptakan perbot miring, dengan perbot miring ini wanita dapat duduk secara miring saat melakukan pembuatan gerabah agar kaki mereka tidak terbuka dan paha mereka tidak kelihatan saat melakukan pembuatan gerabah.

Saat singgah ditempat pembuatan gerabah beruntungnya saya bisa melihat proses pembuatan gerabah yang dilakukan oleh wanita paruh baya kemudian saya mengamati dan wanita itu menjalaskan bagaimana cara melakukan pemembuatan gerabah.

Wanita itu bernama ibu Manto beliau berusia 65 tahun. Ibu Manto merupakan salah satu warga Bayat yang berprofesi sebagai pengrajin gerabah, ibu Manto sendiri menekuni profesi ini sejak lama saat beliau masih kecil.

Dok. pribadi

"Saya menjadi pengrajin gerabah sejak saya masih duduk di bangku SD, karena kesehariannya saya melihat orang membuat gerabah, saya memulai belajar membuat gerabah dengan cara otodidak, gerabah yang saya buat laku hingga ke Jakarta bahkan ke       luar negri" ujar ibu Manto dengan mengunakan bahasa Jawa.

Gerabah Bayat ini pengaruhnya sangat besar yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan khususnya bagi warga Bayat, salah satu orang yang merasakan dampaknya adalah ibu Manto, dijaman sekarang ini persaingan mencari pekerjaan yang semakin ketat ibu Manto tidak memiliki pilihan lain, ditambah pendidikan yang beliau tempuh hanya berakhir dibangku SD yang membuat ibu Manto sulit mencari pekerjaan, dalam keahliannya membuat gerabah ibu Manto bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya dengan membuat gerabah. Ibu Manto juga sangat bersyukur dan senang dengan profesinya sebagai pengrajin gerabah.  

Berkunjung di sentra gerabah Bayat membuat saya merasa senang, selain bisa melihat hasil kejarinan gerabah, saya juga bisa melihat prosesnya secara langsung. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline