Lihat ke Halaman Asli

Puisi: Natal yang Dirayakan Sunyi

Diperbarui: 26 Desember 2020   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Dekorasi putih pada pohon dan dinding
Lampu warna-warni memercik di udara
Hiasan berwarna keperakan dan keemasan mengisi jejak biru
Namun, semarak ini tidak cukup mengisi kesenyapan minggu-minggu awal Desember.

Sepi.
Sunyi.
Senyap.
Merayap lambat di langit-langit Desember.

Natal tahun ini
dirayakan sunyi.

Dekorasi yang memenuhi dinding gereja,
Cahaya kecil lampu-lampu mungil yang warnai dinding rumah.
Stoples-stoples kecil yang berbaris di atas meja.
Cangkir-cangkir berukir yang berjajar dengan gelas bertangkai panjang.
Lagu-lagu bernuansa liburan Natal sayup terdengar.
Film-film bernuansa liburan Natal berjejer di televisi.
Yang semarakkan kesunyian Natal tahun ini.

Dekorasi gereja penuh dengan jemaat separuh.
Meja berlimpah penganan untuk tamu yang adalah tuan rumah.

Sunyi. Seperti dulu.
Kala terangnya bintang temani langit malam gelap.
Senyap. Seperti dulu.
Masa lampau yang tercatat sejarah.
Ketika kali pertama Natal dirayakan, natal pertama yang dirayakan sunyi.

Sunyi dan senyap yang mengundang percik-percik ketenangan.
Natal yang sunyi.
Natal yang senyap.
Natal yang tenang.
Ketenangan yang memenuhi sunyi dan senyap dengan damai menenangkan.

Natal yang sunyi.
Tahun ini, kami merayakan Natal yang sunyi.

- Catatan dari kotaku.

25 Desember 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline