Lihat ke Halaman Asli

Neni Hendriati

Guru SDN 4 Sukamanah

Sang Penari (Part 1)

Diperbarui: 24 Januari 2023   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 "Wah, cantiknya, sang Penari!" Bi Ade memuji hasil riasannya.

Aku hanya tersenyum hambar. Alunan musik semakin keras memekakkan telinga. Semakin malam, penonton semakin membludak, hingga pohon pun tak luput dijadikan ajang tempat duduk. Mungkin karena daerah ini terpencil, maka peringatan agustusan dirayakan secara meriah, dan menjadi tontonan langka.

"Ah, gara-gara Kak Asti sakit, sih! Aku harus menggantikannya menari!" rutukku dalam hati,

Duh, gimana, nih? Aku belum pernah tampil di atas panggung seperti kakakku, yang telah menari di berbagai kota. Aku hanya suka melihatnya menari, dan menirukan sekenanya. Aku merasa, tak berbakat menari. Gerakanku tak seluwes Kak Asti.

Dan kini, aku harus menggantikan posisinya menari di kota Garut yang belum pernah aku singgahi!  Kalau tidak karena ibuku yang memohon padaku, aku tak mau menuruti ide gila ini!

Acara demi acara berlangsung begitu cepat, hingga akhirnya, pembawa acara menyebut namaku

"Hadirin yang berbahagia, dengan bangga  kami tampilkan tarian klasik Sekar Puteri yang akan dipersembahkan oleh penari terkenal dari Kota Tasikmalaya, yang baru duduk di kelas dua SD! Inilah Ananda Ratih Kumala Dewi!'

Gemuruh tepuk tangan penonton serasa merontokkan jantungku. Aku sangat gugup! Sinar lampu yang benderang dan menyala berwarna-warni semakin membuatku lupa gerakan tarian yang telah kuhafal! Aku harus melakukan apa? Kutatap Mang Yaya dan kru, yang mulai memainkan musik pengiring, seakan tak peduli dengan penarinya ini.

Dalam kebingungan, sebuah tepukan halus mendarat di pundakku. Refleks aku menoleh. Kulihat samar, seorang penari berkostum hijau senada dengan yang kukenakan, tersenyum dan  mengisyaratkan aku agar maju ke panggung.

"Ayolah, kita menari bersama!" ujarnya dengan suara halus merdu.

Aku merasa heran. Mang Yaya tak pernah memberitahuku bahwa aku akan menari berdua, tapi segera kutepis pikiran itu. Mungkin Mang Yaya tak yakin dengan kemampuanku, hingga mengutus penari lain untuk menemaniku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline