Mondok bukan hanya tentang bangun pagi untuk beribadah, belajar, atau sekolah, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan yang lebih luas. Mondok bukan hanya tentang orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lainnya. Mondok adalah perjalanan yang penuh dengan rasa lelah, namun di balik lelah itu terdapat berkah yang tidak terduga. Mondok memang terasa berat, setiap hari harus bangun lebih pagi dari biasanya, menjalani jadwal yang sangat padat, mulai dari shalat berjamaah, mengaji, sekolah formal, hingga kegiatan sore dan malam hari. Tidak jarang tubuh terasa lelah, pikiran terasa jenuh, bahkan rindu rumah sering kali datang menghampiri. Namun dari situ saya belajar arti kesabaran.
Kelelahan itu perlahan berubah menjadi kekuatan. Pesantren mengajarkan bahwa lelah adalah bagian dari proses. Ketika kita ikhlas menjalani semua itu, lelah justru mendatangkan berkah. Dari bangun pagi yang berat, saya belajar disiplin. Dari tugas yang menumpuk, saya belajar tanggung jawab. Dari jauhnya dengan keluarga, saya belajar arti kemandirian.
Pesantren juga mempertemukan saya dengan keluarga baru, yaitu teman-teman sepersaudara. Bersama mereka, saya belajar bahwa kebersamaan mampu meringankan beban. Kami saling menguatkan, saling mengingatkan, dan saling mendukung dalam setiap kesulitan.
Kini setelah melewati masa-masa itu, saya menyadari bahwa lelah dalam mondok tidak pernah sia-sia. Semua rasa capek, rindu, dan perjuangan yang pernah saya jalani berubah menjadi berkah yang luar biasa. Mondok bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga tempat menempa diri, membentuk karakter, dan menyiapkan masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI