Melihat perekonomian negara saat ini, Indonesia menjadi salah satu negara pengimport bahan bakar terbesar. Selain itu, polusi yang marak di berbagai kota-kota besar di Indonesia sangat menganggu kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pada tahun 2019, mandatori bersama dengan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menjalankan program campuran biodiesel sebanyak 30% ke dalam bahan bakar atau lebih dikenal sebagai B30.
Biodiesel adalah bahan bakar nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel berupa ester metil asam lemak (fatty acid methyl aster/ FAME) yang terbuat dari minyak nabati.
FAME ini didapatkan dari kelapa sawit yang diolah dan menghasilkan bahan bakar nabati. Pada September 2019, pemerintah melakukan uji coba biodiesel 30% pada kendaraan dan telah selesai. Dari hasil uji coba, penggunaan B30 telah lolos uji dan siap untuk di terapkan mulai Januari 2020.
Penerapan dari Biodiesel 30% ini ternyata memiliki banyak sekali manfaat dan keuntungan bagi negara kita sendiri, seperti peningkatan kandungan minyak sawit dari 20% menjadi 30%, meningkatkan perekonomian dengan menghemat devisa dan biaya impor BBM negara, menjadi bahan bakar biodiesel yang ramah lingkungan, yakni mengurangi emisi berbahaya dari hasil pembuangan sehingga dapat menekan polusi yang berbahaya bagi kesehatan penduduk.
Kemudian dari konteks otomotif B30 lebih irit dari B20, sedikit lebih boros dari solar, tetapi dapat meningkatkan daya/power dan pembakaran mesin lebih sempurna. Berkat program pengembangan B30, Indonesia menjadi negara pertama yang menerapkan B30. Sebelum mengembangkan B30, pemerintah telah lebih dulu menerapkan B20, untuk kedepannya pemerintah akan terus mengembangkan biodiesel hingga B50.