Lihat ke Halaman Asli

Tulisan, Upaya Pewarisan

Diperbarui: 13 Agustus 2018   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa yang ingin diwariskan kepada anak cucu kita? Apa yang ingin diwariskan ke generasi berikutnya? Energi apa yang ingin kita teruskan untuk hari esok? Tulisan hari ini bisa jadi caranya.

Banyak rumah yang ditinggalkan anak cucunya. Padahal bisa jadi rumah tersebut adalah rumah yang paling mewah dan berwibawa di masanya. Berapa banyak Istana yang tak berpenghuni lagi?

Banyak perusahaan yang bangkrut. Katanya paling lama umur perusahaan hanya sampai ke generasi ke tiga. Lalu apa yang lebih abadi?

Mewarisi pemikiran. Mewarisi nilai kehidupan. Mewarisi ideologi. Mewarisi mindset. Mewarisi prinsip dan kebijaksanaan, ternyata lebih abadi. Pertemuan dan interaksi pemikiran, nilai dan kebijaksanaan bisa terjadi tanpa harus pertemuan tatap muka dan fisik. Bisa terjadi kapan pun tanpa ada batas waktu dan ruang.

Kitab Suci, Hadist Rasulullah saw dan pemikiran para ulama dan cendikiawan sampai saat ini masih terjaga dan terjadi. Pemikiran Plato, Aristoteles, Adam Smith terus saja dikonsumsi dan diwariskan dari generasi ke generasi. Apa sarananya?

Bila seperti itu kita pun bisa mewariskan pemikiran, nilai dan kebijaksanaan kepada generasi kita sendiri hingga dunia ini lenyap? Apa sarananya?

Tulisan kita hari ini bisa jadi sebuah sarananya. Dengan tulisan kita, anak cucu kita akan tahu apa yang berkecamuk dalam pikiran. Apa yang sedang dihadapi, lalu apa hikmah, pemikiran dan nilai yang dihadirkan.

Tulisan kita hari ini bisa jadi berkaitan dengan hiruk pikuk kondisi yang terjadi baik dari sisi ekonomi, politik dan sosial budaya. Anak cucu kita akan tahu bagaimana sikap kita? Bagaimana berinteraksinya? Apa gejolak kita yang terjadi? Mereka bisa mengikuti semuanya dari rekam jejak yang kita tulis hari ini.

Saat anak cucu kita mencari jejak tulisan pendahulunya di dunia maya. Mereka akan tahu sejarah pendahulunya. Rekam jejaknya. Inilah interaksi kita dengan generasi  anak cucu kita.

Jadi tulisan adalah sebuah upaya pewarisan yang sangat berguna untuk menentukan jati diri dan identitas keturunan kita nanti. Bukan Islam mengajarkan ilmu nasab, ilmu tentang nenek moyangnya? Untuk apa? Agar lebih mudah menemukan identitasnya.

Seorang ilmuwan sudah menemukan ilmu yang menghubungkan generasi terdahulu dengan masa kini dalam menentukan dan menemukan  identitas seseorang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline