Lihat ke Halaman Asli

Narwan Eska

Pemahat Rupadhatu

Dukung Konservasi Air Melalui Urban Farming

Diperbarui: 4 September 2019   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: delano.lu

Berkah Tuhan berupa sinar matahari, angin, dan air hujan tidak pernah habis untuk manusia. Hanya saja mungkin belum banyak yang menyadari hal itu dengan memanfaatkannya sebagai sumber energi alternatif. Bahkan manusia wajib memanfaatkan berkah itu dengan bijak, misalnya memanfaatkan air hujan yang melimpah.

Seperti kita ketahui Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Di saat musim hujan hendaknya memanfaatkan air hujan dengan baik, menyimpannya untuk persediaan musim kemarau yang jelas jarang turun hujan.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan di wilayah Indonesia cukup tinggi, yaitu 2.000-4.000 mm/tahun. Curah hujan dapat menjadi sumber air bersih, tetapi sering menimbulkan banjir pada musim penghujan. Hal itu karena air hujan tidak dapat meresap ke tanah seiring dengan menurunnya daerah resapan.

Manajemen air hujan

Foto: idea.grid.id

Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, dan sebagian besar masuk ke sungai dan akhirnya bermuara di laut. Air hujan yang jatuh ke bumi tersebut menjadi sumber air bagi makhluk hidup.

Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, maka kebutuhan air bersih pun meningkat pula. Diperkirakan pemanfaatan air tanah untuk memenuhi kebutuhan penduduk sebesar 100 liter/ hari/orang.

Namun pemanfaatan air tanah yang berlebihan akan menimbulkan dampak negatif antara lain: intrusi air laut, penurunan muka air tanah, amblesan/penurunan tanah (land subsidence) yang menyebabkan genangan banjir di musim penghujan. Hal tersebut diperparah dengan meningkatnya alih fungsi lahan pada daerah resapan atau menurunkan resapan air hujan, sehingga ketersedian air bersih terganggu.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, perlu manajemen air hujan. Seperti mempertahankan kesetimbangan melalui proses pengambilan dan pengisian air hujan (presipitasi dan infiltrasi) dengan meresapkan ke dalam pori-pori atau rongga tanah atau batuan.

Selain itu perlu dilakukan upaya konservasi air, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Seperti pembuatan tandon air atau tabungan air, sumur resapan, pembuatan biopori, dan penyulingan air hujan. Sementara di perkotaan bisa dilakukan penanaman pohon dan pemanfaatan air hujan untuk pertanian yang dikenal dengan urban farming.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline