Lihat ke Halaman Asli

4 Tipologi Psikologi Kepribadian dalam Menulis

Diperbarui: 18 September 2020   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Waktu menunjukkan pukul 12.30 tatkala ada kejenuhan mengerjakan nilai. Saya pun membuka buku yang terselip di antara buku-buku pelajaran. Buku tersebut berjudul Psikologi Menulis, karya Anas Ahmadi. 

Untuk sesaat saya bertanya-tanya, darimana saya mendapatkan buku tersebut? Pak Anas Ahmadi, yang saya tahu adalah dosen Unesa, alumnus SMA Negeri 2 Sidoarjo entah tahun berapa. Yang pasti  beliau sudah lulus sebelum saya berpindah mengajar ke sekolah tersebut.

Ternyata buku itu pemberian bu Darwani, senior saya yang kini sudah purnatugas. Pak Anas, mantan murid, memberikan buku tersebut kepada beliau ketika bertemu. 

Bu Darwani, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, adalah  guru idola beliau. Bu Darwanilah yang memotivasi beliau untuk berani berbicara di muka umum, karena sebelumnya  merasa sebagai murid pemalu  jika harus berbicara di muka umum pula.

Seorang penulis dalam melahirkan karyanya tidak lepas dari psikologi yang dianutnya, secara sadar (conscious) maupun tidak (unconscious), demikian yang tertulis dalam Bab II dalam buku tersebut. Untuk itulah, seorang penulis haruslah memahami dirinya termasuk ke dalam psikologi kepribadian yang mana?

Bukankah Socrates pun pernah mengungkapkan, "kenalilah dirimu' sebelum mengenali orang lain?  Oleh karena itu, dalam bab II buku tersebut dibahas empat psikologi kepribadian, yaitu 1. Psikologi eksistensial, 2. Psikologi behavioral, 3. Psikologi psikoanalisis, 4. Psikologi humanistis,

Walaupun tidak ada yang mutlak salah maupun mutlak benar dalam psikologi kepribadian, karena itu bab tersebut pun tidak membahas tentang tipe yang benar maupun tipe yang salah.  

Pembahasan ini untuk memandu mengenali kecenderungan diri sendiri termasuk penulis tipe yang manakah diri kita sebagai penulis? Jika kita sudah mengenali kecenderungan kepribadian kita mengarah ke tipe yang mana, tentu kita akan lebih mudah mengenali kelebihan dan kelemahan kita. 

Jika kita sudah memahami keterkaitan kita dengan psikologi kepribadian, langkah berikutnya adalah memulai menulis sesuai dengan kecenderungan kita terhadap aliran psikologi tersebut.

Eksistensialisme sebagai psikologi tentu tidak dapat dilepaskan dari Filsafat eksistensialisme. Dalam pandangan filsasat eksistensialisme dikatakan bahwa manusia hendaknya mempertahankan antitesis subjek dan objek. Manusia sebagai subjek tidak menjadi objek pemikiran, tidak dapat menjadi objek penyelidikan dan manipulasi.

Kaum eksistensialis menolak pandangan ilmiah tentang manusia yang dijadikan sebagai titik personal, itulah ide besar yang diusung eksistensialisme selain memandang kebebasan berarti manusia tidak lagi menjadi objek yang dibentuk di bawah pengaruh keniscayaan dan alam sosial.  Dengan demikian, manusialah pembentuk diri sendiri beserta perbuatannya.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline