Lihat ke Halaman Asli

Siti Muawanah

Psikolog Klinis

Asertif, Cara Penyelesaian Konflik yang Melegakan

Diperbarui: 28 Mei 2021   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dua orang saling berbicara/sumber gambar: dreamstime.com

"Aku sebenarnya enggak suka kerja kantoran gini, tapi ibu nyuruhnya begitu. Aku gak berani ngebantah ibu, takut ibu sakit hati"

"Suami saya kayaknya gak ngertiin saya deh. Gak paham gitu istrinya kerepotan, malah asyik aja main games atau bercanda-canda sama anak."

"Kesel deh sama si A.. Masa' dia sering banget main ambil aja snack di meja kerja gue, gak sopan ih. Pengen gue labrak tapi nanti urusan jadi panjang. Males tapi kesel juga. Gimana dong?"

Apakah anda familiar dengan kalimat-kalimat di atas? Pernah mengalami atau sedang mengalami kebingungan serupa saat ini? Ya, adanya konflik dalam hubungan sosial adalah suatu yang wajar dan dialami oleh banyak orang. 

Dalam hubungan dengan keluarga, teman, atau pasangan, adanya perbedaan nilai dan kebiasaan pada masing-masing individu dapat berpotensi menimbulkan konflik dalam relasi sosial yang dijalani. Jika konflik tersebut terus-menerus terjadi tanpa penyelesaian yang baik, dapat memunculkan ketidaknyamanan dan dampak negatif pada diri sendiri dan relasi tersebut.

Salah satu kunci utama yang dibutuhkan dalam penyelesaian konflik dalam relasi sosial ialah komunikasi. Komunikasi merupakan sarana yang membuat masing-masing pihak dapat saling mengungkapkan pikiran dan perasaannya dan saling memahami satu sama lain. Akan tetapi, tidak semua cara komunikasi dapat menghasilkan saling pengertian tadi. 

Seringkali, cara komunikasi yang salah justru membuat masalah semakin besar. Dalam artikel "Happy couples: How to keep your relationship healthy" (2020), penelitian menunjukkan bahwa cara berkomunikasi dengan pasangan adalah hal yang penting. 

Baca juga: Pentingnya Sikap Asertif Bagi Wanita Milenial

Gaya komunikasi yang negatif dapat berdampak negatif dalam relasi tersebut. Ketidaksesuaian/ketidaksetujuan merupakan hal yang lumrah dalam suatu hubungan, namun beberapa gaya komunikasi bersifat destruktif. Penggunaan strategi yang konstruktif merupakan cara yang lebih sehat untuk menghadapi konflik (APA, 2020).

Cara komunikasi yang sehat dapat dilakukan melalui Komunikasi Asertif.

Yaitu mengekspresikan perasaan dan mengungkapkan hak dengan tetap menghormati perasaan dan hak orang lain. Komunikasi asertif dilakukan secara langsung, terbuka, dan jujur, secara tepat mengungkapkan kebutuhan/harapan seseorang kepada orang lain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline