Lihat ke Halaman Asli

Desi Namora

Blogger Belajar Bisnis

Belajar Tanggungjawab Dari Listrik Pintar

Diperbarui: 20 April 2016   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Apa yang bisa kita petik saat dalam gelap? " 

 

Masih segar dalam ingatan saya, kurang lebih dua minggu yang lalu, terjadi pemadaman listrik dengan waktu yang cukup lama. Padamnya listrik dimulai sekitaran pukul 10 pagi. Alhasil, saya mengajar dalam kondisi minus AC. Cuaca sangat panas di luar, dengan kondisi yang sedikit gerah di dalam ruangan, saya dan siswa tetap melanjutkan kegiatan belajar mengajar.

Sesekali siswa saya menggunakan bukunya untuk mengkipas-kipas. Mengusir  gerah yang hinggap. Pintu sudah dibuka, untuk mengurangi penguapan. Namun tetap saja, kegerahan menguasai. Genset, hanya kuat untuk menyalakan lampu, tapi tak berikut AC-nya. Beruntung, hari itu semangat siswa mempersiapkan ujian esok sedang berada dipuncaknya, jadi tak banyak keluhan yang saya terima selama di kelas. Mereka tetap serius belajar hingga kelas usai.

Ternyata pemadaman listrik tersebut berlangsung lama. Hingga jam 18.00 sore, saya dan teman-teman mengajar dengan bantuan genset. Dua tiga keluhan dari siswa yang sedang belajar mulai meramaikan suasana dan kekondusifan mengajar. Mengeluhkan kenapa AC belum nyala, kenapa wifi ikut-ikutan mati, dan ketidaktersediaan air panas seperti biasa, batere handphone yang sudah lowbat banget. Baru 8 jam listrik mati, semua sudah kelimpungan.

Benar, adanya listrik membuat kegiatan mengajar saya menjadi lebih baik.

 Terdengar kabar dari media sosial whats app, ada kerusakan gardu induk Sentul dan Bogor Baru yang mengalami gangguan transmisi 150 KV yang mengakibatkan terjadinya pemadaman listrik di sebagian wilayah kota dan kabupaten Bogor. Ooooh, pantessaaaannn, semua mulut membentuk bulatan karena mendengar penjelasan penyebab mati listrik.

Saat asyik-asyik mau makan malam sepulang dari kantor, tak lama listrik di kosan saya mati. Kebetulan teman kosan lainnya sedang mengikuti training. Sepi sendiri di kosan di tengah kegelapan membuat saya tiba-tiba jadi baper. Perlahan beranjak mendekati rak lemari untuk mencari lilin. Dengan sorot lampu dari handphone, saya meraih lilin perlahan, alhamdulillah masih ada dua lilin yang bakalan menemani saya.

Power batere sudah berubah menjadi oranye. Tampaknya ia akan ikut barisan korban mati lampu. Terdengar bunyi whats app, seketika saya membuka pesan. Ternyata proses perbaikan gardu listrik masih berlanjut. Okeh, baiklah semoga mati listriknya sudah tidak selama waktu siang tadi.

Saya menyalahkan diri sendiri yang tak maksimal menggunakan waktu di hari sebelumnya. Malam ini ada deadline lomba, hadiahnya jalan-jalan pula. Kalo saya tak mengulur-ngulur waktu kemarin, harusnya postingannya udah terbit. Kalo udah begini, mau menyalahkan siapa. Kembali saya menyalahkan diri saya sendiri.

“Sssttt, mati listrik itu adalah jeda kehidupan. Kalo listrik gak padam, kamu gak akan menemukan hari untuk bisa berkontemplasi. Tenanglah, habis gelap terbitlah terang,”.  sudut hati saya yang lain menenangkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline