Lihat ke Halaman Asli

Mutiya Idrus Official

Penulis dengan napen Ziya Idrus

Misteri Pemilik Wajah Cantik

Diperbarui: 8 April 2021   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Part 2. Amarah Siti

"Coba ibu' pandang lekat-lekat wajahku ini, apakah wajahku ini cantik bu'? Apakah wajahku ini cantik?" teriak Siti pada Ibunya penuh emosi. Tampak mata Ibu berkaca-kaca menahan riak air mata yang akan tumpah membanjiri pipi.

"Eling, Ndu'. Ini semua ujian dari yang Kuasa. Kita hanya manusia lemah yang ndak bisa apa-apa atas cobaannya," imbuh Ibu, yang akhirnya setitik demi setitik air mata itu mengalir ke pipi rentanya.

"Ibu enak, bicara seperti itu karena Ibu ndak merasakan apa yang kurasakan. Sana sini aku dihujat, dicaci, dicemoohi karena mukaku yang jelek penuh bisul. Jika nanah itu sudah memecah akan keluar bau busuk. Aku sendiri tidak tahan akan baunya yang menguar sampai ke hidungku. Aku benci dengan wajahku ini!" Siti kesal akan hidupnya yang penuh kehinaan, dia pun membenturkan keningnya pada tembok. Membuat sang Ibu memekik.

"Jangan Ndu', jangan ... Jangan lakukan itu, Ndu'. Kasihanilah Ibu. Tiada sesiapun di dunia ini selain kamu. Ibu sayang sama kamu, Ndu'. Ibu ndak perduli dengan wajahmu yang seperti itu." Ibu dengan cepat menghentikan aksi Siti yang mencoba mengakhiri hidupnya. Ibu memeluk tubuhnya dari belakang, menahan tubuhnya agar tidak mengulangi perbuatan bodohnya itu.

Siti pun terduduk ke lantai, tangisannya memecah kesunyian siang di sertai gerimis. Keningnya sedikit mengeluarkan darah segar mengalir sampai ke batang hidung. Ibu dengan sigap menyeka darah segar itu dengan kerudung yang dikenakannya. Hati Ibu kian tercabik-cabik melihat Siti tersiksa. Namun, apalah daya. Semua usaha telah dicoba untuk mengobati wajah Siti. Lagi-lagi tidak ada tabib atau dukun yang bisa mengobatinya. Ibu berusaha berpindah ke medis barangkali ada titik terang atas kesembuhan Siti. Pun Siti hanya diberikan obat antiseptic dan salep. Sampai habis obat dan salep tersebut, bisul di wajah Siti bukan malah hilang, melainkan semakin tumbuh subur.

'Gusti Allah, maafkanlah aku. Sembuhkanlah penyakit Siti. Aku rela jika penyakitnya harus berpindah kepadaku,' batin Ibu. Mereka berdua pun larut dalam tangisan.

Tiba-tiba saja, terdengar gaduh di halaman depan, beberapa orang seperti berteriak dan menyebut nama Siti. Sontak Siti dan Ibunya terperanjat. Mereka berdua bangkit dari duduknya, bergegas menyeka air mata yang masih mengalir di pipi sampai kering.

"Ndu', kamu di sini saja. Biar Ibu yang keluar," ucap Ibu sembari mengemaskan sedikit bajunya yang berantakkan dan meminjam selendang Siti dengan segera dibaluti dikepalanya sampai leher.

Ibu bergegas keluar, menghampiri suara gaduh itu.

"Maaf Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak, ada apa ini?" tanya Ibu kepada mereka yang sedang berdiri di depan rumahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline