Lihat ke Halaman Asli

Muslim Amiren

Seorang futurist, easy going, dan berharap hidupnya bermanfaat banyak bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitar

Ojek Durian: Satu Jiwa, Dua "Raga"!

Diperbarui: 19 September 2021   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang ojek durian berfose dengan para turis selebgram

Musim durian di Lhong baru saja berlalu. Banyak kenangan tersisa. Salah satunya ialah Ojek Durian. Inilah profesi yang baru saya tahu setelah hampir setengah abad hidup di bumi. Hingga saya berfikir apakah profesi ini juga ada di tempat lain di Indonesia? Ada nggak sih? Mohon infonya..

Durian adalah buah tropis yang sangat populer. Makanan para raja.  Apakah dia mampu hidup dan berbuah di negara empat musim? Saya belum pernah mendengarnya. Seingat saya, waktu tinggal di Adelaide dulu, tidak pernah bertemu dengan buah berduri ini. Entah kalau suatu ketika, ada teknologi yang mampu untuk membuat dia hidup di sana. 

Namun, waktu tinggal di Shanghai, saya pernah menemukannya di salah satu supermarket. Saya dengar, mereka dikirim dari Thailand dan Malaysia. Harganya pun "mehong" sekali. 50 yuan satu sisi buah, atau 100.000 rupiah. Di Lhong, harga segitu bisa dapat lima buah durian super, kualitas musang king lokal. 

Anyway, di Lhong ternyata banyak sekali tipe durian. Orang kampung bilang sekitar 12 jenis. Dari tipe musang king yang kuning dan manis legit, hingga yang tidak ada nama, berwarna putih dan hambar. Yang paling keren yang tipe kaki gajah, duren super. Besar, harum, manis dan berdaging tebal. Harganya hingga 50.000 per buah. Sekali makan, langsung kenyang.

Durian super Lhong, Aceh Besar: kuning emas, manis, legit, besar dan tebal. Mau?

Sayangnya, durian yang besar, manis dan "indah" ini, biasanya ada di lokasi yang jauh dari kampung. Agak ke gunung. Susah naik, apalagi membawa turun. Sehingga diperlukan bantuan dari para "Ojek Durian". Mereka adalah para anak muda yang siap berjibaku membawa turun durian dengan resiko apapun. Agar bisa dinikmati para penyuka durian, dan uangnya untuk peningkatan ekonomi petani.

Mereka sangat dibutuhkan oleh petani,  karena kondisi jalan di negara kita yang belum berpihak pada para petani. Jalan ke kebun duren atau ke lokasi pertanian lainnya biasanya adalah jalan setapak yang masih tanah liat. Hal ini mempersulit petani membawa turun hasil pertaniannya. Apalagi kalau musim hujan. Bisa sangat licin. Beresiko kecelakaan. Kalau mau memperkuat pertanian dan pariwisata, harusnya ke depan, pemerintah fokus membangun jalan-jalan akses ke lahan pertanian dan desa-desa wisata. 

Contoh jembatan akses ke kebun durian di Lhong

Anyway, kembali ke laptop, ups, ojek duren maksudnya. Begitu orang kampung memanggilnya. Mereka mematok harga bawa turun durian 1.000 hingga 3.000 per buah dari kebun hingga ke lapak durian. Tergantung dari jarak dan tingkat kesulitan perjalanan. Makin sulit, makin mahal. Ada uang, ada jalan, begitu kata kawan Shanghai saya. 

Jadilah harga buah durian di kebun yang kecil biasanya 10.000 menjadi 11.000 hingga 13.000 sampai di lapak durian. Sekali bawa turun bisa 20-50 durian. Mereka bisa mendapatkan 50.000 hingga 100.000 rupiah. Tergantung berapa jumlah durian yang bisa mereka bawa turun. Satu hari mereka bisa mendapatkan penghasilan antara 300.000 hingga 500.000 rupiah. Selama 1-2 bulan panen, bisa hidup 3-6 bulan ke depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline